"TUHAN, Allahku, kepada-Mu aku berteriak minta tolong, dan engkau telah menyembuhkan aku. TUHAN, engkau mengangkat aku dari dunia orang mati, Engkau menghidupkan aku di antara mereka yang turun ke liang kubur".
Kompasianer, jika kita memperhatikan ayat 3 dan 4 dari pembacaan Mazmur 30 di atas, maka kita mendapati Daud bersyukur bukan hanya pada kesembuhan dari penyakitnya, tetapi lebih kepada keselamatan dari ancaman kematian! Keselamatan dari Tuhan itu bagi Daud sama dengan kebangkitan dan hidup yang baru, lebih dari pada kelepasan sakit penyakit yang dideritanya.
Di ayat 2 dan 4, Daud menggambarkan pertolongan Tuhan itu seperti sebuah gayung yang diangkat dari sebuah sumur (ini sesuai dengan teks Ibraninya). Apa yang Daud pohonkan di dalam doanya telah terkabulkan (ayat 3) dan inilah yang membuatnya memuji Tuhan (ayat 2). Kata kerja Ibrani yang dipakai pada frasa "Aku akan memuji Engkau, ya TUHAN" menunjukkan suatu keinginan yang sungguh-sungguh dari Daud dan pujian itu akan berlangsung terus menerus.
Kemudian Daud mengajak orang-orang yang juga telah menerima pertolongan Tuhan untuk menyanyikan mazmur dan mempersembahkan syukur kepada nama-Nya yang kudus (ayat 5). Â Perhatikan "orang-orang yang dikasihi-Nya", frasa ini dari terjemahan Inggris "saints". Biasanya, saints ditujukan bagi orang-orang kudus yang telah meninggal, tetapi di sini Daud sedang menunjuk kepada orang-orang yang mempunyai sebuah hubungan covenant, sebuah hubungan pribadi dengan Tuhan berdasarkan perjanjian-Nya.
Sebagai akibat hubungan pribadinya dengan Tuhan tersebut, Daud menunjukkan anugerah Tuhan yang luar biasa. Ayat 6 bentuknya paralel antitesis, di sini kita memperhatikan bagaimana Daud mengontraskan murka Tuhan dan kemurahan Tuhan. Tadinya ia merasakan kutuk di dalam penyakitnya, namun kemudian anugerah Tuhan mengubahnya menjadi berkat keselamatan dan kesembuhan.
Dalam Perjanjian Baru, Paulus menunjukkan bahwa kasih karunia Allah tidak sejajar dengan murka-Nya (Rm. 5:9-10). Kasih karunia Allah menyelamatkan kita yang berdosa dari murka-Nya dengan jalan Kristus mati menggantikan kita, sehingga kita selamat dan memperoleh hidup yang kekal. Kesembuhan itu bagian dari keselamatan, tetapi seandainya orang beriman tidak sembuh dan bahkan meninggal karena penyakitnya, hal itu tidak mempengaruhi keselamatan kekalnya.
Sakit penyakit dan kematian tidak dapat memisahkan orang beriman dari kasih Allah di dalam Kristus Yesus, Tuhan dan Juruselamat kita (Rm. 8:31-39). Inilah yang umat Kristen syukuri, karena adanya kepastian kehidupan kekal setelah kematian tubuh di dalam imannya kepada Kristus.
Kiranya pelajaran Alkitab hari ini memberkati Kompasianer sekalian. Selamat berkarya, sampai jumpa pada blog berikutnya. Haleluya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H