"Dengarlah, TUHAN, seruan yang kusampaikan, kasihanilah aku dan jawablah aku! Hatiku mengikuti firman-Mu: "Carilah wajah-Ku"; maka wajah-Mu kucari, ya TUHAN. Janganlah menyembunyikan wajah-Mu kepadaku, janganlah menolak hamba-Mu ini dengan murka; Engkaulah pertolonganku, janganlah membuang aku dan janganlah meninggalkan aku, ya Allah penyelamatku! Sekalipun ayahku dan ibuku meninggalkan aku, namun TUHAN menyambut aku" (Mazmur 27:7-10).
Kompasianer yang terkasih, setelah saya membahas ayat 1-3 dengan tema "Hilangnya Rasa Takut", dan ayat 4-6 dengan tema "Tempat Yang Teraman Di Bumi", di mana Daud dengan begitu tenangnya menghadapi musuh-musuhnya karena Tuhan ada bersamanya dan bagaimana ia begitu bergairah ketika ada di dalam hadirat Tuhan. Tetapi, pada ayat-ayat yang kita baca kali ini terasa seperti adanya kontras dari kondisi Daud yang sebelumnya. Inilah seri terakhir dari Mazmur 27 yang saya tulis.
Bagaimana mungkin Daud yang tadinya begitu percaya diri tanpa rasa takut, namun sekarang terasa begitu tertekan? Sebagian besar penafsir Alkitab mengatakan bahwa Mazmur 27 merupakan penggabungan dua mazmur Daud dari dua peristiwa yang berbeda, itulah sebabnya pembaca yang cermat dapat merasakan perbedaan yang terjadi pada diri Daud.
Menurut saya, tidak masalah apakah ini mazmur tunggal atau gabungan dua mazmur karena bagi saya hal ini justru menunjukkan Daud secara natural yaitu ia manusia yang sama tidak stabilnya dengan kita hari-hari ini di dalam menghadapi situasi dan kondisi yang tidak menentu. Mazmur ini memberitahukan bahwa hanya kehadiran Tuhan yang kepada-Nya Kompasianer dan saya percaya, hanya Dialah yang dapat menstabilkan kondisi manusia kita yang rapuh sebelum Dia menstabilkan bangsa kita.
Kompasianer, ayat 7 dengan jelas menunjukkan bahwa Daud sangat mengharapkan perhatian TUHAN. Kata 'dengarlah', 'kasihanilah' dan 'jawablah' menggunakan kata kerja Ibrani berbentuk Qal Imperative, sedangkan frasa 'seruan yang kusampaikan' menggunakan kata kerja berbentuk Qal Imperfect. Jadi, ayat ini menjelaskan bahwa Daud sedang memohon kepada TUHAN di dalam doanya.
Perhatikan, pelajaran penting dari Daud ketika kita berdoa agar Tuhan mendengar dan menjawab permohonan kita adalah memohon belas kasihan-Nya. Hanya dengan belas kasihan Allah, doa Kompasianer dan saya diperkenan oleh-Nya untuk didengar dan dijawab. Mengapa belas kasihan Allah diperlukan dalam doa kita?
Mari maju ke ayat 8. Daud berkata bahwa hatinya mengikuti firman yang Tuhan perintahkan yaitu "Carilah wajah-Ku" dan Daud meresponnya dengan "maka wajah-Mu kucari, ya TUHAN." Dari kata kerja Ibraninya ayat ini dapat diterjemahkan menjadi, "Ketika Engkau berfirman: Carilah wajah-Ku; hatiku berkata kepada-Mu, wajah-Mu TUHAN, akan kucari."
Kompasianer yang terkasih, inilah yang membuat Daud sangat istimewa di hadapan Tuhan. Di masa-masa tersulitnya Daud tetap menaati firman Tuhan dan ketaatannya itu keluar dari hatinya. Dan hatinya yang tulus menggiringnya untuk dapat mencari wajah Tuhan. Di manakah Daud menemukan wajah Tuhan? Di rumah Tuhan, di bait-Nya, di pondok-Nya dan di kemah-Nya (ay. 4-6).
Namun demikian, sebagai orang Israel Daud sadar bahwa manusia berdosa tidak dapat melihat wajah TUHAN, sebab tidak ada orang yang memandang Dia dapat hidup (Kel. 33:20). Hanya kasih karunia dan belas kasihan TUHAN yang membuat orang yang melihat-Nya tetap hidup (Kel. 33:19). Bagi bangsa Israel, wajah TUHAN yang ditujukan kepada mereka berarti Ia memberi kasih karunia dan damai sejahtera (Bil. 6:25-26). Inilah yang Daud pohonkan kepada Tuhan agar doanya mengenai masalah yang dihadapinya didengar dan dijawab oleh Tuhan.
Sekarang, apakah yang menjadi pokok doa Daud? Perhatikan ayat 9. Empat kali Daud memohon dengan sangat kepada Tuhan, saya tambahkan dari kata kerja Ibraninya: pertama, janganlah kiranya menyembunyikan wajah-Mu kepadaku. Kedua, janganlah kiranya menolak hamba-Mu ini dengan murka. Ketiga, janganlah kiranya membuang aku. Keempat, janganlah kiranya meninggalkan aku.
Keempat hal inilah yang menjadi ketakutan Daud yang sesungguhnya yaitu terpisah dari Tuhan karena ia mungkin telah berdosa kepada-Nya, bukan rasa takut kepada musuh-musuhnya. Namun, dalam ketakutannya itu Daud mengakui bahwa hanya TUHAN, Allah penolong dan penyelamat hidupnya. Itu sebabnya ia memohon belas kasihan Allah terlebih dahulu.