Mohon tunggu...
Theodore Nelson William
Theodore Nelson William Mohon Tunggu... Pelajar Sekolah - Pelajar

Saya adalah pelajar yang menyukai film dan gadget

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Membangun Indonesia, Menyatukan Negri dengan Ketimpangan Infrastruktur

4 Desember 2024   23:44 Diperbarui: 5 Desember 2024   00:26 25
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Indonesia, sebagai negara dengan lebih dari 17.000 pulau, memiliki sebuah tantangan yang besar dalam membangun infrastruktur yang merata. Di kota-kota besar seperti Jakarta, Surabaya, dan Bandung, infrastruktur terlihat megah dan maju dengan adanya jalan tol, gedung pencakar langit, dan transportasi umum modern. Namun, masih banyak wilayah terpencil di Papua, Nusa Tenggara, atau Kalimantan, yang masih berkutat dengan jalan berlubang, jembatan kayu rapuh, dan pembangunan infrastruktur yang terbatas. Ketimpangan ini menjadi penghalang besar bagi kemajuan bangsa, menciptakan kesenjangan yang besar antara wilayah yang maju dan tertinggal.

Jika kita membandingkan pulau Jawa dengan Papua, perbedaan infrastruktur sangat mencolok. Di Jawa, jalur tol Trans Jawa tersambung rapi dari ujung barat ke timur, memberikan akses cepat untuk mobilitas manusia dan barang. Sebaliknya, di Papua, akses antar kota masih sangat terbatas. Banyak daerah yang hanya bisa dijangkau dengan pesawat kecil atau kapal, sehingga biaya logistik yang sangat mahal. Bahkan dalam sektor pendidikan, sekolah-sekolah di Jawa umumnya dilengkapi dengan fasilitas yang mendukung internet cepat dan memadai, sedangkan di Papua, siswa bahkan masih kesulitan mendapatkan akses listrik, apalagi internet.

Bayangkan seorang petani di pedalaman Kalimantan Barat yang harus membawa hasil panennya ke pasar. Perjalanan yang harusnya bisa ditempuh dalam satu jam berubah menjadi enam jam karena kondisi jalan yang rusak parah dan bolong. Di sisi lain, petani di Jawa hanya perlu menempuh perjalanan singkat dengan jalan mulus untuk menjual hasil panennya. Ketika satu wilayah mendapat akses mudah ke pasar dan wilayah lain terhambat, hasilnya adalah kesenjangan ekonomi yang semakin lebar. Infrastruktur tidak hanya menghubungkan tempat, tetapi juga mempertemukan peluang dan pertumbuhan ekonomi.

Contoh nyata ketimpangan ini terlihat pada proyek pembangunan tol Trans Jawa yang sudah selesai dan mempermudah perjalanan antar kota di Jawa. Sementara itu, proyek serupa di Sumatera dan Papua masih tertinggal jauh. Contoh lain adalah perbedaan akses internet. Jakarta sudah menikmati jaringan 5G, sedangkan banyak daerah di Nusa Tenggara Timur masih bergantung pada jaringan 3G yang tidak stabil. Hal ini membuat masyarakat di daerah terpencil kesulitan mendapatkan informasi atau mengikuti perkembangan teknologi.

Menurut saya, ketimpangan infrastruktur ini adalah tantangan besar yang harus segera diatasi jika Indonesia ingin maju sebagai bangsa yang utuh. Pemerintah memang telah berupaya dengan membangun tol laut dan mempercepat proyek jalan di luar Jawa, tetapi upaya ini masih jauh dari cukup. Diperlukan komitmen yang lebih besar, bukan hanya dari pemerintah pusat tetapi juga dari pemerintah daerah, swasta, dan masyarakat. Tanpa infrastruktur yang merata, impian Indonesia menjadi negara maju di 2045 akan sulit tercapai.

Ketimpangan infrastruktur di Indonesia ibarat tubuh manusia yang tumbuh tidak seimbang. Bayangkan jika satu kaki berkembang dengan baik, tetapi kaki lainnya terhambat. Tubuh itu akan sulit berjalan, bahkan mungkin terjatuh. Begitu pula dengan Indonesia. Jika hanya Jawa yang berkembang pesat sementara daerah lain tertinggal, bangsa ini akan pincang. Kemajuan sejati hanya bisa diraih jika semua bagian negara tumbuh bersama-sama.

Di sudut-sudut terpencil Indonesia, infrastruktur masih jauh dari kata layak. Jalan tanah yang berubah menjadi lumpur saat hujan, jembatan bambu yang lapuk dan mudah terbawa arus sungai, dan bangunan sekolah yang tidak beratap adalah pemandangan yang masih lazim ditemukan. Di malam hari, gelap gulita menyelimuti desa-desa tanpa listrik. Berbeda jauh dengan gemerlap lampu-lampu kota di Pulau Jawa, tempat jalan raya dipenuhi kendaraan, dan stasiun kereta api sibuk dengan para penumpang. Kontras ini adalah gambaran nyata dari ketimpangan yang harus segera diatasi.

Ketidakmerataan infrastruktur adalah tantangan besar bagi Indonesia. Ini bukan hanya soal fisik jalan atau jembatan, tetapi juga menyangkut sila kedua Pancasila, yaitu keadilan sosial. Pembangunan yang merata akan memperkuat fondasi bangsa, memungkinkan semua rakyat Indonesia, dari Sabang hingga Merauke, menikmati manfaat yang sama. Jika dikelola dengan baik, infrastruktur bisa menjadi jembatan menuju masa depan yang lebih adil dan sejahtera.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun