Teori kebenaran adalah konsep yang dimana bisa dibedakan lewat beberapa pendekatan yang bermacam-macam. Tiap pendekatan itulah yang memberikan cara berbeda untuk menilai yang dianggap benar atau salah.Â
Pertama, kita memiliki teori korespondensi, yang menilai kebenaran berdasarkan kesesuaian antara pernyataan dan fakta-fakta di dunia nyata. Dalam hal ini, suatu pernyataan bisa dianggap benar jika sesuai dengan keadaan sebenarnya. Contoh, ada pernyataan "air akan membeku pada suhu 0 derajat celsius" akan dianggap benar jika diukur dan bjisa dibuktikan di kondisi yang rill. Kelemahan dari pendekatan ini adalah ketergantungannya pada fakta yang bisa jadi berubah atau ditafsirkan berbeda oleh individu.
Selanjutnya dalam teori koherensi menawarkan kebenaran dinilai berdasarkan konsistensi suara terbanyak dalam suatu sistem pernyataan. Jika ada  sebuah argumen atau pendapat dapat saling mendukung dan tidak bertentangan, maka bisa dianggap benar.
 Contohnya dalam ilmu pengetahuan, jika ada teori-teori yang mendukung dan tidak bertentangan satu sama lain maka teori tersebut dianggap benar. Tapi, sisi negatifnya dari pendekatan ini adalah, jika sistem koherensi didasarkan pada pandangan yang salah, maka semua kesimpulan yang diambil pasti juga salah.
Kemudian ada teori pragmatis, dimana melihat suatu kebenaran dengan konteks dampaknya. Di dalam pendekatan ini, kebenaran ditentukan bagaimana suatu ide atau pernyataan bermanfaat bagi individu atau kelompok masyarakat. Misalnya, dalam suatu kebijakan publik yang harus diambil keputusannya maka keputusan tersebut harus memberikan manfaat nyata kepada masyarakat dan irang banyak, sehingga yang dianggap suatu kebenaran dalam kebijakan tersebut adalah yang paling efektif.
Teori performatif menilai kebenaran berdasarkan otoritas atau legitimasi dari sumber yang mengeluarkan pernyataan. Kebenaran di sini bukan hanya tentang fakta, tapi juga tentang siapa yang berani menyatakannya.Â
Misalnya, pernyataan yang dikeluarkan oleh seorang ahli atau lembaga resmi sering kali dianggap lebih valid dibandingkan pendapat individu tanpa latar belakang yang kredibel. Walaupun pendekatan ini bisa memberikan jaminan yang kuat, tapi pendekatan ini juga berisiko terhadap kebohongan atau manipulasi jika ada beberapa kelompok yang tidak terpercaya.
Perlu diperhatikan dalam beberapa situasi, pandangan atau pendapat yang didukung oleh sekumpulan orang bisa dianggap sebagai kebenaran objektif. Karena Terlihat dalam konteks demokrasi, di mana keputusan lebih sering diambil berdasarkan suara terbanyak. Namun, subjektivitas pendapat pribadi tetap tidak bisa diabaikan. Tetapi sesuatu yang dianggap benar oleh banyaknya masyarakat tidak selalu menunjukkan realitas yang objektif.
Ada juga konsep post-truth yang  semakin relevan di era saat ini. Istilah ini merujuk pada kondisi di mana objektivitas informasi menjadi kurang berarti dibandingkan dengan emosi dan kepercayaan individu.Â
Dalam hal ini, kebenaran juga dibentuk oleh narasi dan sentimen publik, yang bisa saja berbeda dari fakta yang sebenarnya. Yang mengindikasikan bahwa dalam situasi yang terjadi, yang sering dianggap sebagai kebenaran lebih dipengaruhi oleh aspek emosional masyarakat dan pandangan pribadi masyarakat daripada kriteria objektif.
Dengan beberapa teori kebenaran yabg sudah dijelaskan ini, penting bagi masyarakat untuk menyadari bahwa kebenaran bukanlah hal yang statis, melainkan sesuatu yang dinamis dan bisa berubah.Â