Dalam setiap pernikahan, tentu ada keputusan besar yang perlu untuk diputuskan bersama. Pemilihan alat kontrasepsi, misalnya. Setiap pasangan tentu akan memilih jenis kontrasepsi yang sesuai kebutuhan masing-masing.
Kontrasepsi sendiri adalah metode atau cara untuk mencegah terjadinya kehamilan. Sayangnya, keputusan yang dibuat ujung-ujungnya mengarah pada akhir yang sama: perempuanlah yang akan menjalani kontrasepsi.
Lihat saja, hampir semua jenis kontrasepsi modern yang ditawarkan, lebih banyak menyisir kaum hawa, sementara kontrasepsi modern bagi laki-laki sangatlah terbatas.
Menengok jumlah pengguna kontrasepsi menurut BPS 2023, perempuan yang berstatus menikah menyumbang angka 55,49% sebagai pengguna kontrasepsi. Sisanya, mungkin adalah kelompok yang tidak menggunakan kontrasepsi sama sekali.
Laki-laki dan kontrasepsiÂ
Sebagai seorang perempuan, Saya sendiri memandang penggunaan kontrasepsi pada laki-laki adalah sebagai bentuk nyata kesetaraan gender. Baik laki-laki maupun perempuan, memiliki peran dan tanggungjawab yang sama dalam membangun rumah tangga.
Sayangnya, keterlibatan laki-laki untuk turut andil di dalamnya sangat rendah. Ada kecenderungan dimana laki-laki lebih meletakkan urusan pembatasan kehamilan ini pada pihak perempuan.
Data Survei Kesehatan Indonesia tahun 2023 menyatakan bahwa penggunaan kontrasepsi permanen (vasektomi) pada kelompok laki-laki hanya mendapatkan posisi 0,2%.
Padahal, tingkat keberhasilan vasektomi untuk mencegah kehamilan bisa mencapai 99% daripada penggunaan kontrasepsi penghalang (kondom).
Namun ini bukan sepenuhnya karena ketidakpedulian laki-laki. Dalam budaya tertentu, keputusan untuk memilih vasektomi dianggap bertentangan dengan peran laki-laki sebagai pemimpin keluarga, juga sebagai orang yang memiliki tanggungjawab sebagai penerus garis keturunan.