Mohon tunggu...
Ragu Theodolfi
Ragu Theodolfi Mohon Tunggu... Lainnya - Penikmat seni, pencinta keindahan

Happiness never decreases by being shared

Selanjutnya

Tutup

Healthy Artikel Utama

Melindungi Sumber Air, Melindungi Keluarga dari Penyakit

22 September 2024   22:05 Diperbarui: 23 September 2024   09:07 189
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Tangkapan layar tingkat air aman nasional tahun 2020 (Sumber : www.unicef.org)

Perjalanan Saya ke Pulau Sumba beberapa waktu lalu mengantarkan Saya pada sebuah lokasi yang sangat indah. Bentangan rumput hijau di batas sawah dengan warna setengah menguning menjadikannya sangat indah untuk dipandang.

Di sisi bagian barat, aliran sungai kecil nan jernih membentuk ceruk kecil yang mengarah ke laut di depannya. Pohon kelapa dan dinding batu di bagian timur menambah semarak ekosistem di sana. 

Ada yang menarik perhatian Saya di sana. Sekelompok anak-anak berusia lima atau enam tahun bermain di antara tumpukan batu yang disusun mengelilingi sumber air. Ternyata ada mata air di sana. Beberapa perempuan dewasa sedang mencuci pakaian dan peralatan makan di sana.

Mata air dengan debit yang cukup besar itu ternyata dimanfaatkan oleh beberapa keluarga yang ada di perkampungan sekitar untuk memasak, mencuci atau untuk kebutuhan lainnya. 

Sayangnya, mata air tersebut dalam kondisi terbuka dan terlihat cukup banyak sampah plastik di sekitarnya, seperti bungkus sabun, botol plastik dan lain sebagainya.

Akses air minum yang aman masih rendah

Kebutuhan akan akses air minum yang layak masih menjadi prioritas utama, sekaligus masih menjadi persoalan di negara ini. RPJMN 2020-2024 menargetkan 90% rumah tangga di Indonesia memiliki akses terhadap air minum yang layak. 

Baca juga: Nak, Ini Aku Ibumu

Hasil Studi Kualitas Air Minum Rumah Tangga (SKAM-RT) tahun 2020 menunjukkan bahwa rumah tangga dengan akses air minum layak telah melampaui target yang ditetapkan, lebih dari 90,72%.

Tangkapan layar tingkat air aman nasional tahun 2020 (Sumber : www.unicef.org)
Tangkapan layar tingkat air aman nasional tahun 2020 (Sumber : www.unicef.org)

Mengutip Nawasis.org, kategori air minum yang layak mengacu pada sumber air minum yang terlindung seperti ledeng atau perpipaan, keran umum, terminal air, penjual eceran, penampungan air hujan (PAH), mata air terlindungi, sumur terlindung, dan sumur bor/sumur pompa dan durasi akses kurang dari 30 menit.

Sebaliknya, untuk tingkat keamanan air masih sangat rendah, hanya 11,8% . Artinya masih ada sekitar 88% rumah tangga di Indonesia yang mengkonsumsi air yang tidak memenuhi persyaratan secara fisik (bau, warna dan rasa), persyaratan bakteriologis maupun persyaratan kimia. 

Bila dilihat dari tingkat keamanan, air perpipaan berada pada angka 24%; sumur gali dan sumur bor pada angka 15,4%; air hujan dan lainnya 15%, sedangkan mata air hanya mencapai angka 7%. 

Air dan penyakit 

Rendahnya tingkat keamanan air tentu saja berdampak pada kesehatan masyarakat. Kehadiran bakteri Eschericia coli sebagai salah satu indikator dalam persyaratan bakteriologis, mengindikasikan adanya pencemaran oleh tinja manusia ataupun hewan berdarah panas. Artinya, mikroorganisme patogen lainnya juga pasti ada di dalam sampel air tersebut. 

Air yang tidak aman berpotensi untuk munculnya penyakit-penyakit yang ditularkan melalui air, seperti polio, hepatitis A, kolera, tifus, schistosomiasis, leptospirosis dan sebagainya.

Kekurangan air bersih pun berpengaruh pada meluasnya penyebaran penyakit kulit seperti scabies, frambusia, trachoma, penyakit kulit akibat jamur dan lainnya. 

Penyakit-penyakit ini tidak ditularkan langsung melalui air yang diminum, tetapi lebih terkait dengan ketidakmampuan menjaga higiene pribadi karena kurangnya air.

Air tergenang berpotensi menjadi tempat perkembangbiakan nyamuk (Foto : Pexels/Suraphat Nuea-on)
Air tergenang berpotensi menjadi tempat perkembangbiakan nyamuk (Foto : Pexels/Suraphat Nuea-on)

Minimnya akses layak terhadap air minum, berpotensi untuk meningkatnya penyakit yang ditularkan oleh vektor (hewan pembawa penyakit, seperti nyamuk) yang berkembang biak di lingkungan berair.

Untuk mengatasi kekurangan air, masyarakat cenderung menampung air, yang bila tidak dikelola dengan tepat, justru menjadi tempat perkembangbiakan nyamuk Aedes sp. sebagai vektor DBD atau Chikungunya. 

Faktor kekurangan sumber air bersih pun menjadi faktor risiko meningkatnya kasus malaria, filariasis maupun Japanesse encephalitis.

Masyarakat yang mengakses air di sumber air permukaan, sumur gali atau mata air yang digunakan bersama oleh banyak orang, kemungkinan akan terpapar lebih sering dengan nyamuk yang hidup di sekitar lingkungan yang lembab. 

Kualitas air menurun

Salah satu isu dan tantangan besar yang dihadapi sektor air minum Indonesia adalah penurunan kualitas sumber air dan beban penyakit. Melansir Unicef (2024), ada tujuh juta anak Indonesia yang mengalami stunting dan diare akibat tercemarnya sumber-sumber air yang ada. 

Penurunan kualitas air diakibatkan karena banyaknya sumber cemaran yang ada di sekitar, baik secara alami, juga akibat adanya aktivitas manusia. 

Limbah domestik rumah tangga, limbah industri, limbah pertanian, peternakan dan perikanan atau karena aktivitas pertambangan memberi kontribusi yang cukup besar dalam penurunan kualitas air. 

Beberapa fakta penting lainnya tentang air yang ada, sungguh mengejutkan. Lebih dari 50% sungai di Indonesia telah tercemar, dan dua di antaranya termasuk yang paling tercemar di dunia!

Fakta lainnya adalah 85% populasi di Indonesia terdampak pencemaran sumber air akibat tinja dan bakteri coliform, dan 70% pencemaran air tanah berasal dari tangki septik.

Hasil pemeriksaan terhadap contoh air tanah menyatakan 93% di antaranya melebihi nilai ambang batas; dan lebih dari 80% sampah plastik masuk ke laut melalui sungai.

Lindungi sumber air

Melindungi sumber air adalah langkah penting untuk menjaga agar air tetap aman. Pengelolaan limbah yang tepat sebelum dibuang ke lingkungan, termasuk tidak membuang sampah plastik ke badan air, dapat mengurangi cemaran pada badan air maupun pada tanah.

Memanfaatkan teknologi ramah lingkungan pada industri dapat membantu mengurangi emisi dan limbah berbahaya yang dapat mencemari air. 

Konservasi air tanah, misalnya pengaturan penggunaan sumur perlu dilakukan untuk mencegah over-extraction yang bisa berdampak pada kekeringan dan kerusakan ekosistem, pengaturan irigasi yang hemat air, pemanfaatan air hujan untuk mengurangi eksploitasi air berlebihan. 

Memanfaatkan air yang telah diolah untuk kebutuhan menyiram tanaman (Foto : Pexels)
Memanfaatkan air yang telah diolah untuk kebutuhan menyiram tanaman (Foto : Pexels)

Menggunakan air dengan bijak dapat dilakukan oleh setiap orang. Memperbaiki kran yang bocor, mematikan air saat tidak digunakan, menggunakan shower untuk mandi, pakai metode tetes (drip irrigation) untuk menyiram tanaman adalah contoh sederhana menggunakan air secara bijak.

Selain bermanfaat untuk menjaga ketersediaan air, juga mengurangi dampak terhadap lingkungan sebagai akibat penggunaan energi yang berlebihan. Selain itu, juga lebih hemat biaya tentunya.

Referensi : 1, Permenkes Nomor 2 tahun 2023, 2, 3

Kupang, 22 September 2024

Ragu Theodolfi, untuk Kompasiana

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun