Mohon tunggu...
Ragu Theodolfi
Ragu Theodolfi Mohon Tunggu... Lainnya - Penikmat seni, pencinta keindahan

Happiness never decreases by being shared

Selanjutnya

Tutup

Cerita Pemilih Artikel Utama

Hari Istimewa untuk Momen yang Istimewa

14 Februari 2024   23:22 Diperbarui: 15 Februari 2024   15:55 800
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Misa perayaan Rabu Abu di Paroki Santo Yusuf Pekerja Penfui. (Dokumentasi pribadi)

Rabu, 14 Februari 2024.

Pagi-pagi sekali, ketika saya terbangun di tengah derasnya hujan yang turun hari ini, Saya berharap ada pesan manis dari mereka yang istimewa bertepatan dengan perayaan hari kasih sayang hari ini. 

Ternyata hanya ada satu ucapan yang membuat hari menjadi terasa lebih istimewa, itupun datangnya tepat ketika saya baru kembali dari TPS untuk menggunakan hak pilih saya kali ini.

Hasil scrolling gadget pagi ini, saya menemukan sebuah catatan menarik yang datangnya dari Miss Lenny, yang dishare buat konco-konco SMP Saya di grup medsos. 

Catatan menarik ini menggugah saya untuk segera melipat selimut dan bergegas mempersiapkan diri untuk menyambut hari istimewa ini. Ada tiga peristiwa penting yang melukis hari ini.

Rabu Abu

Hari ini, seluruh umat Katolik di seluruh dunia merayakan Rabu Abu. Perayaan hari ini untuk mengingatkan bahwa manusia berasal dari debu tanah dan akan kembali menjadi debu. 

 "Hakekat manusia sebagai debu adalah kebenaran yang telah tertulis kekal dalam FirmanNya" 🩶 

Rabu Abu juga menandakan awal masa Pra Paskah, di mana masa-masa ini, empat puluh hari menjelang Paskah, umat Katolik diminta untuk melakukan pertobatan serta selalu merefleksikan diri. 

Misa perayaan Rabu Abu di Paroki Santo Yusuf Pekerja Penfui. (Dokumentasi pribadi)
Misa perayaan Rabu Abu di Paroki Santo Yusuf Pekerja Penfui. (Dokumentasi pribadi)

Kotbah Pastor paroki pada kesempatan misa sore hari ini pun fokus pada refleksi umat akan keterbatasan diri manusia sebagai mahluk yang lemah dan tak berdaya. 

Ibarat debu yang melekat pada alas kakiNya, tidak ada gunanya menyombongkan diri dengan harta, jabatan, kekayaan, tahta yang dimiliki saat ini, karena semua bersifat sementara dan bisa hilang kapan saja. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerita Pemilih Selengkapnya
Lihat Cerita Pemilih Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun