Ketua suku atau ketua kabisu disebut Rato; masing-masing Rato memiliki tanggungjawab yang besar untuk memimpin kabisu masing-masing. Rato memiliki peran dalam setiap acara adat.Â
Sebagai contoh, Kabisu Wanokalada memiliki ritual adat Tauna Golu, masyarakat setempat menyebutnya pendinginan kuku kerbau. Ritual ini dipimpin oleh Rato, dilaksanakan sebelum renca sawah, membajak sawah atau karekata.
Kampung adat yang unik
Rumah yang ada di kampung adat ini memiliki bentuk yang seragam. Dari bentuk rumah, atap maupun jumlah tiang yang ada pada setiap rumah. Rumah adat di kampung ini terbagi atas tiga tingkatan, tingkat pertama, kedua dan tingkat ketiga. Rumah dianalogikan sebagai anatomi tubuh manusia. Bagian kaki, perut dan kepala.
Bagian atap rumah memiliki ukuran tinggi tertentu. Tinggi atap kurang lebih empat depa, ditambah ukuran sepanjang pergelangan tangan orang dewasa. Penambahan ukuran ini dimaksudkan agar semua anggota yang ada dalam rumah mendapatkan keberlimpahan, termasuk kesehatan.Â
Ada hal yang harus dipatuhi anggota sebuah kabisu dalam pembuatan atap rumah adat ini. Tinggi atap rumah induk yang ditempati Rato, harus lebih tinggi dari rumah anggota kabisu yang ada.
Untuk masuk ke dalam rumah ini, melalui dua pintu utama yang terletak pada bagian kanan dan bagian kiri. Pintu bagian kanan (binna balikatuonga) adalah pintu yang hanya dapat dilewati oleh kaum lelaki dan anak perempuannya. Istri dan menantu perempuan hanya memiliki akses melalui pintu sebelah kiri (binna kerepadalu).
Kaum lelaki, terutama ayah, adalah orang yang sangat dihormati di dalam rumah tersebut. Ayah, anak lelaki dan anak perempuannya, memiliki akses yang luas di dalam rumah. Mereka bisa masuk ke dalam rumah melalui pintu mana saja.
Istri dan menantu perempuan memiliki akses yang terbatas. Selain hanya boleh masuk melalui pintu sebelah kiri, mereka juga hanya dapat beraktivitas dekat tungku perapian. Bila ingin menyajikan makanan, diletakkan pada sebuah meja dekat tungku yang disebut ponukoro tilu.Â
Rumah adat dengan tiga tingkatanÂ