Mohon tunggu...
Ragu Theodolfi
Ragu Theodolfi Mohon Tunggu... Lainnya - Penikmat seni, pencinta keindahan

Happiness never decreases by being shared

Selanjutnya

Tutup

Love Pilihan

Hanya Memberi, Tak Harap Kembali

29 Juli 2021   06:00 Diperbarui: 29 Juli 2021   06:26 466
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sekilas, ini seperti sebuah lagu. Lagu yang hingga sekarang terus terngiang dan bahkan syairnya pun tidak lekang dari ingatan. Apalagi yang diceritakan dalam lagu tersebut adalah tentang kasih seorang ibu. Tapi bukan tentang lagu tersebut yang ingin ditulis di sini, namun sosok yang berhubungan dengan lagu itu, siapalagi kalau bukan ibu. 

Kata orang, ibu adalah tempat kita belajar pertama kali; dari seorang perempuan yang kita panggil ibu, ende, indo, ine, bunda, mama atau apapun kita menyebutnya, kita belajar banyak hal. Kalau diibaratkan mesin pencari google, kurang lebih seperti itulah ibu, tahu banyak hal dan melakukan banyak hal dalam waktu bersamaan. 

Ibu, perempuan yang memiliki hati yang lembut

Mungkin, dia tidak pernah mengikuti sekolah kuliner, dia bukan juga seorang chief restoran yang terkenal, namun masakannya, meski hanya dibumbui garam dan bawang merah atau bawang putih, tetap menjadi makanan favorit yang selalu memanggil pulang anak-anaknya. 

Mungkin, dia juga tidak pernah sekolah mode, namun pakaian yang dikenakannya selalu fit pada tubuhnya, dan membuatnya terlihat cantik. Mungkin, dia tidak pernah mengambil kelas yoga, zumba, aerobic, tapi setiap lekukan lemak di tubuhnya atau keriput pada pipinya tetap saja membuatnya terlihat cantik dan selalu membuat anak-anaknya tidak beranjak jauh dari dirinya, menikmati setiap jengkal aroma peluhnya. 

Mungkin pendidikannya tidaklah setinggi perempuan jaman sekarang, ibu Saya misalnya, hanyalah seorang perempuan yang sempat sekolah di sekolah keputrian, setingkat SMP pada jaman itu, namun kepandaiannya dalam mengatur keuangan patut diacungi jempol, mengingat kami adalah keluarga besar ditambah anggota keluarga lainnya. 

Dari mulut seorang perempuan yang dipanggil ibu, mengajarkan banyak hal pada kita, terutama bagaimana bertutur sapa dengan siapa pun yang kita temui hari itu, bagaimana bersikap, termasuk cara duduk saat berbicara dengan orang lain, terutama yang usianya di atas kita. Dari tangannya yang jauh dari kata halus, dia mengajarkan bagaimana harus bertahan saat suasana tidak bersahabat, termasuk mungkin saat kondisi keuangan sedang tidak stabil. 

Mungkin, dia tidak pernah membaca soal anger management, self healing, atau apapun itu namanya, namun dia akan selalu menemukan cara untuk keluar dari setiap kemarahan atau kekesalannya. Setiap tutur kata dan tindakannya mencerminkan betapa  ibu adalah sosok yang dipenuhi kesabaran ekstra, tahu kapan harus marah dan kapan harus berhenti ketika menghadapi anak-anaknya dan bagaimana harus bertahan menghadapi pahit dan kerasnyanya hidup.

Memberi contoh, tidak hanya dengan berbicara

Dulu, saat Saya kecil, ada perasaan heran dalam benak Saya, mengapa rumah kami selalu ramai dengan orang-orang. Masih teringat jelas, seminggu sekali, seorang perempuan tua yang usianya sekitar 80an tahun selalu menjadikan dapur sederhana ibu sebagai lapak untuk sayur mayur yang dibawanya dari kampung. Kadang yang dibawanya hanya beberapa ikat daun singkong, menempuh perjalanan sejauh 5 km. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Love Selengkapnya
Lihat Love Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun