Seperti biasanya, tanpa banyak bicara, anyaman pandan yang disebut 'roto' dalam bahasa Manggarai, Flores (biasanya dilengkapi tali untuk ditaruh di kepala) sudah penuh  diisi dengan sembako seperti beras, gula, minyak goreng, bahkan baju bekas yang tidak dipakai lagi. Di akhir cerita mereka hari itu, beberapa kali Saya memergoki ibu yang menyelipkan  uang yang mungkin tidak seberapa ke dalam genggaman perempuan penjual sayur itu.
Herannya lagi, setiap hari, akan ada kunjungan khusus dari dua orang tamu istimewanya, yang satu adalah anak tetangga dan yang satunya lagi adalah penjual sirih pinang yang selalu melintas di depan rumah. Istimewanya, karena keduanya mengalami kondisi, maaf, kekurangan fisik yang hampir sama. Entah apa yang mereka bicarakan, namun ibu terlihat menikmati pembicaraan mereka, walau kedua tamu istimewanya berbicara tidak begitu jelas.Â
Kedua tamu istimewa itulah yang menemaninya sepanjang pagi hingga siang, menikmati kopi mereka ditemani singkong rebus. Mungkin itulah yang membuat dirinya bahagia, sebagai bentuk self-love nya, self healing, tertawa dalam kesederhanaan dan cinta yang mereka miliki. Â Â
Setelah Saya beranjak dewasa, barulah Saya mengerti apa yang dilakukan ibu Saya adalah pelajaran berharga tentang berbagi, tentang ketulusan, tentang cinta yang tak terbatas, cinta yang tidak pernah menuntut kembali  apa yang telah kita beri, cinta yang tidak dapat diukur dengan uang.Â
Itulah esensi kebahagiaan yang sejati.
Kupang, Â 29 Juli 2021
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI