Semuanya berawal dari sebuah wawancara di lantai satu sebuah kantor. Tapi itu bukan karena saya melamar di kantor itu. Juga bukan karena saya terlalu ’hebat’, hingga dipanggil menjadi pegawai di sana. Sebab yang mewawancarai saya adalah seorang wartawan sebuah majalah lokal di Kupang yang sudah tak terbit lagi. Topik wawancaranyapun sederhana, seputar kampus tempat saya pernah kuliah.
Dari situ, sang wartawan, yang juga senior saya semasa di kampus itu, mengajak saya bergabung sebagai crew majalah itu. Kebetulan setelah putus kuliah tak ada yang saya kerjakan.
Jadi reporter majalah itu sangat menyenangkan. Sebuah majalah beroplah minim, tak sedikit returnya, tapi jujur banyak pihak geram jika sudah terbit edisi terbaru. Komputer yang kami pakai cuma dua unit. Satunya untuk layot satunya dipakai bergantian oleh kami para reporter, termasuk petugas administrasi.
Banyak hal yang bisa saya timba dari kebersamaan di majalah itu. Mulai dari jadi reporter, layout, bahkan mencari iklan. Dari sinilah saya belajar dan bisa diterima bekerja pada sebuah harian umum di Kupang. Terima kasih untuk rekan-rekan di Sulat Timor. Salam. EnythAipen
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H