Mohon tunggu...
Diptyarsa Janardana
Diptyarsa Janardana Mohon Tunggu... pelajar/mahasiswa -

Mahasiswa Psikologi Universitas Negeri Malang. Anggota Familia Carmelitana dan Pemuda Katolik.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Belajar Mencintai Tanah Air – Refleksi Kemerdekaan RI 2012

17 Agustus 2012   13:10 Diperbarui: 25 Juni 2015   01:37 191
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

MERDEKA! :-D :-)

Wow betapa istimewanya kata di atas! Bahkan kata tersebut sudah sejak kemarin kata-kata di atas berkumandang di segenap penjuru kota di Indonesia. Spanduk-spanduk kemerdekaan dan bendera-bendera bercorak merah putih sudah mendominasi tiap jalan dan rumah-rumah. Rasanya itu jadi ramai banget, apalagi perayaan kemerdekaan tahun ini berada H-2 perayaan Idul Fitri. Sambil berburu takjil dan berpuasa, sambil juga merayakan hari raya kemerdekaan, kata beberapa orang teman-temanku.

Well, bagiku sendiri, perayaan kemerdekaan tahun ini membawakan makna tersendiri.

Tahun ini adalah tahun terakhir aku merayakan hari raya kemerdekaan di instansi sekolah, soalnya tahun depan aku sudah lulus SMA. Biasanya masa-masa SMA itu, termasuk hal-hal yang paling membosankan sekalipun, termasuk upacara, kalau dikenang-kenang akan menjadi masa yang sangat-sangat indah. Teringat-ingat bagaimana rasanya menjadi paskib waktu kelas X, menang berbagai perlombaan 17-an, dan semua hal yang belum tentu ada di lingkungan RT/RW bahkan lingkungan perkuliahan sekalipun.

Sayang, masih saja ada beberapa teman yang belum begitu paham akan artinya perayaan kemerdekaan ini, terutama upacara bendera. Mereka biasanya lebih memberatkan pada, "Aduuh daripada upacara mending tidur aja deeh", atau "Bolos ah, cuma upacara aja loh, gak penting", dan lain-lain. Lebih parah lagi karena tanggal 17 itu termasuk tanggal yang kepepet sama hari libur dan hari raya, banyak yang sudah absen duluan untuk berlibur atau mudik ke kotanya masing-masing. Alasannya sih, tiket pesawat sudah dipesan, ribet dan eman-eman kalau gak terpakai, apalagi ini musim mudik, di mana tiket transportasi di manapun menjadi barang yang teramat langka.

Nah, contoh di atas nampaknya merupakan suatu keprihatinan tersendiri, bagaimana kepentingan berbangsa dan bernegara diabaikan hanya untuk kepentingan pribadi. Sudah begitu, menjadi rakyat yang suka menuntut sana-sini, ngomong katanya pemerintah gak becus, ngomong kalau kebudayaan-kebudayaan di Indonesia ini kampungan, wow apakah dia masih pantas jadi warga negara ini?

Teman-teman, bagiku, mencintai bangsa dan negara ini berarti mencintai apa yang ada di dalamnya. Bagaimana cara kita mencintai kebudayaan-kebudayaan bangsa ini, bagaimana kita menghargai produk-produk dalam negeri, apapun yang kita lakukan demi bangsa ini, sekecil apapun itu, kiranya sudah membantu bangsa ini melangkah maju. Sebejat apapun pemerintahannya, tapi kalau kita masih menyatakan cinta kita pada bangsa ini, mereka pun pasti akan tunduk pada kita. Jangan suka menuntut yang macam-macam terhadap pemerintah dan negara ini apabila kita sendiri masih bersikap seolah-olah bukan warga negara Indonesia, yang antipati terhadap sesuatu yang berbau negara ini, suka memakai produk-produk luar negeri, tidak hormat sewaktu upacara bendera, dan lain sebagainya.

Bagaimana bisa kita menuntut agar negara ini maju kalau kita sendiri tidak mencintainya dengan sepenuh hati? Mulailah dari dirimu sendiri, jadikan dirimu sebagai pribadi yang cinta akan negara ini.

DIRGAHAYU KEMERDEKAAN REPUBLIK INDONESIA!!

Jadilah bangsa yang semakin SUPER di tahun yang ke-67

Yang akan selalu dikenang dan dipuja tiap bangsa

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun