Mohon tunggu...
Santiaji Wijayakusumah
Santiaji Wijayakusumah Mohon Tunggu... -

Let's share yours !!!!e I Just wanna walk through the shirath al mustaqim savely.

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Rembulan Diujung Lembah

17 Juni 2010   06:48 Diperbarui: 26 Juni 2015   15:29 105
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Namaku Zheng He,
Aku seorang laksamana kekaisaran Yong Le,
Dunia lebih mengenalku sebagai Cheng Ho,

Malam itu aku melihat seorang panglima perang berdiri seorang diri diujung lembah,
Dengan tatapan kosong memandang rembulan,

Wajahnya tampak ku kenal,
Cantik bagaikan giok,
Kedua bibirnya bertaut bagaikan ametrin,
Bermata sebening intan,
Dengan kulitnya yang halus sehalus kristal,
Ya, dia Hua Mulan dari bangsa Han yang masih mengenakan baju besinya,

Aku menghampirinya dan bertanya "Apa yang kau tutupi dibalik baju besimu itu ?",
Ia menjawab "hatiku !",
"Mengapa hatimu ?",
"Hatiku membeku",
"Mengapa masih kau gunakan ?",
"Aku tak tau ! Tanyakan saja pada rembulan tua berbias jingga itu !",

Alisku terangkat, merasakan kebekuan hatinya,
Aku maju selangkah menghampirinya,
Dengan sebilah pedang ditangan kananku,
Aku menggores lengan kiriku dengannya,
Hua Mulan menatapku tajam,

Aku berkata "Ambillah darah ini untuk mencairkan hatimu. Karena darah ini bukan milikku. Ini milikNya",
Hua Mulan mengernyitkan dahi tak percaya.

Aku memutar badan dan berjalan meninggalkannya sendiri di ujung lembah,
Berharap ia menemukan jawaban,
Bahwa hatinya juga milikNYA.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun