Mohon tunggu...
Renggo Warsito
Renggo Warsito Mohon Tunggu... -

Selanjutnya

Tutup

Money

Asian Games 2018 Memutar Roda Ekonomi

29 Oktober 2015   00:37 Diperbarui: 29 Oktober 2015   00:51 731
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ajang Asian Games selama ini berdampak positif terhadap perekonomian tuan rumah. Selain peningkatan infrastuktur, industri pariwisata pun bergairah. Ujung-ujungnya pendapatan negara pun akan meningkat. 

Indonesia secara resmi  terpilih menjadi tuan rumah Asian Games XVIII tahun 2018. Berbagai persiapan tengah dilakukan untuk mensukseskan event olahraga multicabang tersebut. Dengan menjadi tuan rumah, kesempatan kontingan Indonesia untuk berbicara lebih banyak di level Asia terbuka lebar. Selain mendongkrak prestasi atlet, juga berpotensi untuk menggenjot pendapatan. Ini karena Jakarta dan Palembang, dua kota yang akan menjadi kota tuan rumah Asian Games 2018, akan dikunjungi jutaan pengunjung dari mancanegara. 

Menengok penyelenggaraan Asian Games sebelumnya, ada keuntungan ekonomis yang bakal diperoleh tuan rumah. Ambil contoh, Asian Games XIII tahun 1998 di Bangkok Thailand. Saat itu, panitia mengeluarkan biaya operasional sebesar 2,67 miliar baht. Sedangkan pendapatan yang diterima sebesar 2,73 baht. Sehingga mereka mendapatkan surplus sebesar 60 juta baht.

Pendapatan terbesar berasal dari sponsor sebesar 1,09 miliar baht atau 40 persen dari total pendapatan. Untuk event itu, pemerintah negeri Gajah Putih harus merogoh kocek sebesar 19,3 miliar baht. Belanja modal itu digunakan untuk membangun tiga kompleks olahraga dan perkampungan atlet serta infrastruktur transportasi dan telekomunikasi.

Selain Thailand, panitia Asian Games XIV di Busan, Korea Selatan juga menangguk untung sebesar 60,9 miliar won. Untuk keperluan Asian Games, pemerintah Korea Selatan mengeluarkan belanja modal (capital expenditure) sebesar 3,15 triliun won. Menilik kasus Thailand dan Korea Selatan, menjadi tuan rumah Asian Games itu menguntungkan. Lalu bagaimana dengan Asian Games ke-18 ?

Sebenarnya ini bukan pertama kali Indonesia menjadi tuan rumah event olahraga level Asia. Pada tahun 1962, Indonesia menjadi tuan rumah Asian Games IV tahun 1962. Saat itu, karena infrastruktur masih minim pengeluaran terbesar digunakan untuk membangun sarana dan prasarana. Warisannya pun dapat dilihat sampai sekarang seperti kompleks Stadion Gelora Bung Karno (GBK). 

Untuk memberi kenyamanan kepada para tamunya nanti, pemerintah tidak tinggal diam. Peningkatan infrastruktur terus dikerjakan. Misalnya pembangunan light rail transit (LRT) terintegrasi di Jakarta, Bogor, Depok, dan Bekasi. Proyek LRT ini ditargetkan selesai akhir 2017 atau awal 2018 untuk menunjang pelaksanaan Asian Games. LRT menghabiskan investasi sebesar Rp 23,82 triliun.

Selain itu, Pemerintah Provinsi DKI Jakarta juga akan membangun wisma atlet di Kemayoran, Jakarta Pusat. Wisma ini terdiri dari 6 tower dengan 7.000 unit kamar. Sarana ini digunakan untuk menampung para atlet yang bertanding di Jakarta. 

Senada dengan DKI Jakarta, Pemrov Sumatera Selatan pun turut berbenah menyambut Asian Games 2018. Belanja modal sebesar Rp 20 triliun disiapkan pemerintah pusat untuk membangun sarana prasarana venue yang ada di kawasan Jakabaring Spor City (JSC) serta infrastruktur pendukung lainnya di kota Palembang. Infrastruktur tersebut antara lain pembangunan jalan tol Palembang-Inderalaya (Palindera) dan Kayuagung-Palembang-Betung (Kapalbetung), pembangunan flyover dan Jembatan Musi IV serta VI, serta light rail transit (LRT). 

Belanja modal yang dikucurkan untuk pembangunan infrastuktur tersebut memang tidak akan mencapai titik impas saat event Asian Games usai.  Tetapi manfaatnya dapat digunakan oleh masyarakat dalam jangka panjang. Seperti wisma atlet yang nantinya akan digunakan sebagai apartemen. 

Pelaksanaan Asian Games yang tinggal 3 tahun itu juga berpotensi untuk mendatangkan keuntungan. Sumbernya bisa berasal dari sponsorship, hak siar televisi, maupun penjualan merchandise seperti kaos dan maskot hingga souvenir. 

Industri pariwisata pun diprediksi akan bergairah dengan event tersebut. Apalagi perilaku wisatawan Asia berbeda dengan Eropa. Wisatawan Asia dikenal mau mencoba apapun, berani makan di pinggir jalan, hingga dikenal sangat gila belanja. Oleh karena itu, para pelancong diprediksi tidak hanya ingin menghabiskan waktu di arena pertandingan, tapi juga berkeinginan menjajal wisata belanja dan wisata kuliner, hingga wisata sejarah. Berbeda dengan wisatawan asal Eropa yang terkadang lebih suka berdiam di hotel dan membaca buku. 

Selain itu, pelaksanaan Asian Games juga berdampak pada penyerapan tenaga kerja part time (sukarelawan). Komite Olimpiade Indonesia (KOI) menyebutkan dibutuhkan sebanyak 35 ribu sukarelawan yang akan ditempatkan di Jakarta, Palembang dan kota pendukung lainnya. Para sukarelawan ini nantinya akan diberi uang saku harian selama pelaksanaan Asian Games.

Berkaca dari pengalaman selama ini, ajang sebesar Asian Games potensial untuk menjadi mesin pertumbuhan ekonomi. Kini, tinggal semua pihak jeli memanfaatkan potensi yang sudah di depan mata tersebut. 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun