Tak lama setelah Rizal Ramli masuk kabinet, kabinet langung panas, gaduh dan penuh siasat perkelahian. Kabinet Kerja mulai luntur auranya, tergantikan kabinet kelahi.Â
Mengklaim pakai jurus Rajawali Ngepret, Rizal menebas kiri kanan tanpa mengindahkan etika pemerintahan. Ia juga berlindung di balik istilah yang ia ciptakan sendiri: kegaduhan putih. Padahal Rizal sudah disindir dan diperingatkan langsung Presiiden Jokowi untuk tidak membuat kegaduhan di luar sidang kabinet. Baca ini:Â
http://m.merdeka.com/uang/buka-rapat-jokowi-sindir-menteri-yang-sering-buat-gaduh.htmlÂ
Rizal Ramli justru melanggar perintah Presiden dengan tetap membuat gaduh. Sebuah tabiat buruk yang tak bisa ditolerir. Berikut ini 5 tabiat Rizal Ramli yang tak pantas ditiru:
 Â
1.) Gagal Mengonsolidasikan Menteri di bawahnya. Kegagalan Rizal Ramli sebagai Menteri Koordinator disebabkan ulahnya sendiri yang suka bermain dengan kelompoknya sendiri. Di tambah suka berkelahi dengan menteri di bawahnya. Tidak heran Rizal tak pernah mampu menggelar rapat koordinasi kementerian di bawahnya. Menteri ESDM, Menteri Pariwisata, Menteri Kelautan dan Perikanan dan Menteri Perhubungan lebih memilih berkoordinasi dengan Menko Perekonomian. Rizal bukan atasan yang baik yang mampu membangkitkan bawahan supaya beretos kerja tinggi dengan memberikan reward and punishment yang proporsional. Sebaliknya Rizal hanya bikin bawahan jengkel, bekerja dengan dongkol karena selalu diganggu. Rizal menteri kesepian, energinya dipakai untuk membuat keramaian sekedar menarik perhatian. Wajar saja bila pada akhirnya Rizal dikucilkan di kabinet. Saat menteri berkumpul di tengah rehat rapat kabinet, tidak ada menteri yang mau bersosialisasi dengannya. Rizal sering terlihat sendirian di meja rapat, padahal rapat sedang istirahat, seluru menteri bercengkerama di luar ruang rapat. Suatu hari di tengah sidang kabinet, Presiden Jokowi membuat olok-olokan, "kalo ada menteri yang nakal biar ditaruh saja di bawah Menko....". Gaya bercanda presiden ini merujuk fakta, tidak ada menteri yang mau di bawah Menko satu ini yang suka ngomel-ngomel di media dengan jurus kepretnya. Â
2.) Gemar menggelar operasi politik. Rizal Ramli menghindari perdebatan di Kabinet dan selalu menggunakan operasi politik dan penggalangan opini untuk memuluskan misinya. Persoalan proyek listrik 35.000 MW, Rizal mengajak menteri lain dan wapres berpolemik di ruang publik. Demikian juga mengenai isu Freeport dan Papa Minta Saham, Rizal memilih memberi angin pada sindikat mafia Papa Minta Saham. Dalam soal Blok Masela, Rizal menggunakan avonturir dan aktivis politik untuk membantunya. Rizal kerap konsolidasi dengan Forum Tuju Tiga (Fortuga) alumni ITB '73 yang lebih karena teman perkoncoan dan kongkow ketimbang partner ilmiah. Kumpulan pria tua post power syndrome ini ia kerahkan di berbagai konferensi pers, diskusi dan placement opini di media massa. Bukan cuma itu Fortuga sudah menjadi tim asistensi Kemenko Maritim. Hingga suatu kali staf ahli Rizal Ramli diharuskan berkoordinasi dengan Fortuga. Birokrasi meritokrasi sudah digantikan nepotisme.
[caption caption="Keterangan: Rapat Koordinasi Staf Ahli Menko Maritim dengan Fortuga"][/caption]Hulubalang Rizal sebagai operator politik adalah Adhie Massardi, yang kemana-mana masih menggunakan titel sebagai mantan juru bicara Gus Dur. Adhie lah yang mengemas dan memobilisasi dukungan untuk Rizal Ramli. Rizal tidak membawa masalah untuk diperdebatkan di rapat kabinet, Rizal justru gemar membawa masalah ke luar kabinet. Rizal selalu memakai media online yang sudah lama kehilangan kewibawaan independensinya: Rakyat Merdeka Online (RMOL), Aktual, Inilah, Rimanews, Harian Terbit sebagai media yang mengamplifikasi pernyataan-pernyataan kubu Rizal.Â
Dalam beberapa kasus Rizal memilih diam bahkan tertidur saat sidang kabinet. Namun saat jumpa pers, Rizal paling mendominasi. Bahkan, di kesempatan lain, sampai ada gubernur yang ngedumel karena Rizal tertidur padahal Presiden Jokowi sedang memberi pengarahan pada para pemimpin daerah. Dalam sebuah rapat terbatas kabinet yang membahas realisasi LRT. Rapat terbatas berlangsung cukup panas karena adu argumentasi antar menteri dan gubernur DKI Jakarta. Selama sidang Rizal puasa bicara, tak ada satu kalimatpun dilontarkan. Tapi saat konferensi pers, Rizal paling banyak bicara.
3.) Rizal Ramli punya motif dalam tiap kepretannya. Rizal Ramli dilingkari orang-orang yang berambisi mendapatkan proyek pemerintah. Di kelompok Rizal ada Ali Herman, eks direktur PLN yang sekarang Direktur Utama Bakrie Power. Herman bersama Rizal berusaha meyakinkan presiden melalui penggalangan opini agar Blok Masela dikelola di darat. Dengan demikian Bakrie Power akan menjadi pemasok pipa bawah laut sepanjang 600 Km. Di kelompok Rizal juga ada Qoyum, mantan Dirut PGN yang sekarang anggota BPH Migas dan juga komisaris Energi Mega Persada milik Bakrie. Qoyyum sejak lama jualan ide menyambungkan pipa Kalimantan Jawa yang disebut Kalija. Jadi sebenarnya Rizal berpihak pada siapa? Orasinya berapi-api ternyata di belakangnya menjadi makelar proyek swasta yang ingin mengerjakan proyek pemerintah.Â
4.) Rizal Ramli banyak berkoordinasi dengan bohir ketimbang sesama anggota kabinet maupun Presiden dan Wakil Presiden. Rizal tertangkap kamera sedang plesiran dengan bos Lippo James Riady dkk di atas kapal pesiar mewah di Labuhan Bajo. Kedekatan Rizal dengan Lippo atas jasa almarhum istrinya Afung. Lobbies terkemuka saat masih hidup. Rizal pun dipercaya sebagai Komisaris Utama First Media. Tetapi kedekatan dengan Lippo seharusnya dijaga saat sudah jadi menteri. Tapi Rizal yang gemar hura-hura itu lupa diri hingga membiarkan dirinya berwisata atas biaya Lippo Group.Â