Pujian IMF terhadap Indonesia baru-baru ini, terutama terhadap prestasi ekonominya, telah memicu perdebatan dan peringatan keras dari berbagai pihak.
Sumber pujian ini adalah Direktur Pelaksana IMF, Kristalina Georgieva, yang mengunjungi Istana Merdeka, Jakarta, dan memberikan apresiasi terhadap pencapaian ekonomi Indonesia.
IMF memuji pertumbuhan ekonomi Indonesia dan kemampuan negara ini dalam mengendalikan inflasi secara bersamaan. Bahkan, IMF menyebut ASEAN sebagai "bright spot" di tengah dunia yang sulit dan menyebut Indonesia sebagai "source of joy" dan "source of hope."
Namun, penting bagi publik untuk memahami bahwa Indonesia sudah lama menjadi sasaran pujian IMF. Sejarah yang berulang menunjukkan bahwa pujian IMF pada masa lalu telah berujung pada krisis ekonomi dan politik yang parah. IMF memberikan resep yang kontroversial dan kadangkala tidak sesuai dengan kepentingan nasional.
Mengapa Pujian IMF Wajib Diwaspadai?
1. Sejarah Krisis Moneter 1998
Sebelum krisis moneter pada tahun 1998, IMF, Bank Dunia, dan pasar keuangan internasional memberikan pujian berlimpah pada ekonomi Indonesia. Namun, ketika krisis datang, IMF memberikan resep yang tidak selalu sesuai dengan situasi negara dan berkontribusi pada kekacauan ekonomi dan politik.
2. Kebijakan yang Merugikan
IMF telah meminta pemerintah Indonesia untuk menerapkan kebijakan-kebijakan yang merugikan dalam masa krisis, seperti menaikkan suku bunga SBI, menutup bank tanpa persiapan yang memadai, dan mengambil alih utang swasta yang akhirnya menjadi beban utang publik.
Kebijakan-kebijakan IMF yang kontroversial juga berkontribusi pada krisis politik, seperti pencabutan subsidi BBM yang memicu kerusuhan besar di beberapa kota besar dan akhirnya menggulingkan Presiden Soeharto.