Mohon tunggu...
niqi carrera
niqi carrera Mohon Tunggu... Lainnya - ibu rumah tangga
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Sebagai ibu, ikut prihatin dan resah dengan kondisi sekitar yang kadang memberi kabar tidak baik. Dengan tulisan sekedar memberi sumbangsih opini dan solusi bangsa ini agar lebih baik ke depan.

Selanjutnya

Tutup

Healthy

Gunung Kidul Langganan Antraks, Ada Apa?

14 Juli 2023   15:36 Diperbarui: 14 Juli 2023   15:43 184
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ilustrasi sapi antraks pexels.com/pixabay

Kasus antraks yang muncul di Gunung Kidul baru-baru ini telah menyebabkan setidaknya tiga orang menjadi korban setelah menyembelih dan mengonsumsi daging sapi yang mati. Ternyata, awal mula merebaknya kasus antraks tahun ini terkait dengan tradisi mbrandu atau purak di Daerah Istimewa Yogyakarta.

Tradisi ini melibatkan kebiasaan warga di Gunung Kidul menyembelih dan membagikan hewan yang sakit secara gratis. Kebiasaan semacam ini selalu meningkatkan risiko penyebaran antraks secara massal, terutama karena Gunung Kidul termasuk wilayah endemis. Antraks dapat menyebar langsung dan menyerang manusia melalui tiga cara, yaitu kontak dengan kulit, melalui konsumsi daging yang sakit dan mengganggu pencernaan, serta penularan melalui udara yang paling fatal.

Sebagai tindakan pencegahan, pemerintah telah aktif melakukan vaksinasi secara umum selama puluhan tahun. Tracing dan surveilans juga terus dilakukan untuk memastikan penyebaran wabah terkendali. Meskipun antraks tidak dapat "dimusnahkan," namun dapat dikendalikan melalui langkah-langkah pencegahan yang tepat.

Data kasus antraks di Yogyakarta selama lima tahun terakhir menunjukkan bahwa meskipun belum ada kasus kematian, jumlah kasus antraks tetap ada dan cenderung meningkat dari tahun ke tahun. Jenis antraks yang paling sering terjadi adalah antraks kulit.

Gunung Kidul telah menjadi daerah endemis antraks selama lima tahun berturut-turut. Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Gunung Kidul, Dewi Irawati, telah mengirimkan nota dinas kepada Pemerintah Kabupaten Gunung Kidul yang menyatakan bahwa penyebaran antraks sudah memenuhi kriteria Kejadian Luar Biasa (KLB) berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan No. 1501 tahun 2010. Namun, status KLB tersebut belum ditetapkan oleh Pemerintah Kabupaten Gunung Kidul.

Lambatnya penetapan status KLB ini dapat berbahaya bagi masyarakat. Oleh karena itu, pemerintah harus segera bertindak untuk menyelesaikan kasus ini sebelum semakin menyebar dan menimbulkan lebih banyak korban.

Selain faktor kemiskinan yang mempengaruhi penyebaran antraks di Gunung Kidul, masalah ini juga dapat dikaitkan dengan minimnya edukasi. Pemerintah perlu melakukan sosialisasi yang lebih efektif mengenai bahaya makanan yang tidak sehat, termasuk memakan daging hewan yang sakit atau bangkai. Masyarakat perlu dilarang untuk mengonsumsi dan memperjualbelikan daging bangkai, serta diberikan pemahaman yang lebih baik mengenai kesehatan pangan.

Selain itu, masalah ini juga dapat dikaitkan dengan efek kapitalisme yang menyebabkan kemiskinan di wilayah tersebut. Kemiskinan yang terjadi di Gunung Kidul merupakan akibat penerapan sistem ekonomi kapitalisme yang mengakibatkan kesenjangan ekonomi yang besar. Pemerintah harus mengambil tindakan struktural dengan mengadopsi sistem ekonomi Islam yang mengedepankan keadilan ekonomi dan redistribusi kekayaan untuk mengatasi masalah kemiskinan.

Solusi jangka panjang yang sesuai dengan prinsip Islam adalah dengan menerapkan sistem ekonomi Islam yang adil. Dalam sistem ini, sumber daya alam menjadi kepemilikan umum yang dikelola oleh negara untuk kepentingan seluruh rakyat. Khilafah akan memberikan jaminan pemenuhan kebutuhan dasar seperti sandang, pangan, papan, kesehatan, pendidikan, dan keamanan bagi seluruh warga negara.

Selain itu, pemerintah dalam sistem Khilafah akan menyelenggarakan pendidikan gratis hingga perguruan tinggi dan meningkatkan edukasi kesehatan secara menyeluruh. Pendidikan akan meliputi aspek kehalalan pangan dan kesehatan agar masyarakat memiliki pemahaman yang baik mengenai konsumsi makanan yang sehat dan halal.

Penyelesaian kasus antraks di Gunung Kidul tidak hanya terkait dengan aspek kesehatan, tetapi juga membutuhkan penyelesaian sistemis yang mencakup aspek sosial, ekonomi, dan pendidikan. Hal ini hanya dapat terwujud dengan adanya perubahan dalam sistem ekonomi dan pemerintahan yang sesuai dengan prinsip-prinsip Islam.***

Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun