Mohon tunggu...
Suka Bola
Suka Bola Mohon Tunggu... pelajar/mahasiswa -

Mencoba untuk netral. Tidak memihak kubu manapun.

Selanjutnya

Tutup

Olahraga

Review Pertandingan Perdana : Tuan Rumah Terbukti Perkasa?

14 Juni 2014   02:08 Diperbarui: 20 Juni 2015   03:50 43
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption id="attachment_311027" align="aligncenter" width="628" caption="www.gilabola.com"][/caption]

Gelaran piala dunia 2014 resmi bergulir. Setelah diawali dengan seremonial pembukaan yang sangat meriah di Sao Paulo Stadium, Brasil, sebagai tuan rumah, mengawali kompetisi dengan menghadapi kontingen asal benua biru, Kroasia. Seperti diprediksikan banyak orang, Samba mengakhiri pertandingan dengan tiga poin. Neymar dan kawan-kawan berhasil mengungguli Kroasia dengan skor 3-1. Shock therapy Marcello di menit ke 11, bisa dibayar tuntas dengan sepasang gol Neymar, yang salah satunya tercipta dari titik putih, dan disempurnakan dengan aksi individu Oscar di penghujung laga yang membuat Brasil menang dengan margin dua gol. Kemenangan ini tentu semakin melapangkan jalan pasukan Luiz Felipe Scolari menuju fase knockout. Sebaliknya, Kroasia harus menyapu bersih semua poin di laga tersisa jika ingin melenggang ke babak 16 besar.

Namun, laga pembuka tersebut ternyata menyisakan sesuatu yang layak diperbincangkan banyak pihak, pasca pertandingan. Apa lagi kalau bukan keputusan kontroversi yang dibuat sang pengadil lapangan, Yuichi Nishimura. Dalam laga itu, Nishimura disebut-sebut lebih memihak pada tuan rumah dan sering memberikan keputusan-keputusan yang cenderung merugikan armada Niko Kovac. Puncaknya adalah pada menit ke 71, dimana wasit asal Jepang itu menunjuk titik putih setelah Fred terjatuh di kotak terlarang, dan menganggap Dejan Lovren-lah yang menjatuhkannya. Padahal dalam tayangan ulang, hanya ada sedikit kontak fisik antara keduanya. Tidak hanya itu, Nishimura juga menghadiahi Lovren dengan kartu kuning. Tendangan duabelas pas itupun bisa dieksekusi dengan sempurna oleh Neymar.

Insiden belum berhenti di situ. Pada menit ke 83, Ivica Olic melakukan duel udara dengan Julio Cesar, dan berpeluang menciptakan gol penyeimbang bagi Kroasia, karena kala itu kedudukan masih 2-1 untuk keuanggulan Brasil. Namun ternyata Nishimura menganggap Olic telah melakukan pelanggaran terhadap Cesar. Padahal nyata-nyata bola dengan sendirinya lepas dari genggaman sang penjaga gawang tanpa ada kontak fisik berarti dengan Olic. Lagi-lagi hal itu menuai protes dari para pemain Kroasia. Namun sang pengadil tetap tak bergeming. Keberpihakan wasit, menurut mereka yang kontra dengan Brasil, juga terlihat dari statistik akhir pertandingan, dimana Kroasia tercatat melakukan pelanggaran sebanyak duapuluh kali, sementara Samba hanya lima kali.

Pasca pertandingan, reaksi ketidakpuasan terlontar dari hampir seluruh penggawa Kroasia. Sang juru taktik, Niko Kovac, menilai kepemimpinan Nishimura adalah sesuatu yang sangat memalukan di ajang sekelas piala dunia. Dia juga menganggap standar aturan yang diterapkan kepada Brasil, berbeda dengan aturan kepada Kroasia. Padahal jika wasit bersikap netral, Kroasia bisa saja menyelesaikan pertandingan dengan hasil yang berbeda, karena Kroasia dianggap memiliki kapasitas untuk mengimbangi atraktifitas permainan Brasil. Komentar pedas juga dilontarkan pemain yang dianggap sebagian orang, sebagai kambing hitam kekalahan Kroasia, Dejan Lovren. Lovren berkomentar bahwa FIFA sengaja melakukan skandal dengan mengupayakan kemenangan Brasil. Bek Southampton ini berkata bahwa bisa saja timnya mengimbangi sebelas pemain Brasil, namun tidak dengan pemain keduabelas mereka.

Tidak hanya dari internal Kroasia, kritik pada Nishimura juga datang dari luar. Kali ini justru dari mantan rekan seprofesinya, Urs Meier. "Hanya ada sedikit kontak di sana, tapi wasit berada dalam sudut posisi yang buruk. Namun ia bahkan tak mencoba untuk mendapatkan posisi yang lebih baik sebelum meniup peluit," ujar mantan wasit FIFA asal Swiss ini. Meier juga menambahkan, pemain yang pantas diganjar kartu kuning bukanlah Lovren, melainkan Fred, karena melakukan diving untuk mendapatkan penalti. Meier juga meminta untuk dilakukan evaluasi untuk kepemimpinan pada pertandingan-pertandingan selanjutnya, agar tidak lagi tercipta kontroversi yang dapat merusak image kompetisi sekaliber piala dunia. Media-media di Jepang tak ketinggalan mengungkapkan hal senada. Mereka melansir pernyataan-pernyataan warga Jepang sendiri, yang merasa malu dengan cara kerja Nishimura, dimana kecurangan adalah aib besar di mata publik negeri matahari terbit tersebut, yang pada akhirnya menimbulkan efek berupa harakiri.

Namun bagaimanapun, pertandingan telah berlalu. Dan hasil akhir tidak akan dapat diubah. Terlepas dari segala kontroversi yang ada, kedua tim tentu telah berjuang all out untuk mencetak skor sebanyak mungkin. Secara kualitas materi, Brasil jelas satu tingkat di atas Kroasia. Dimana Scolari memiliki banyak opsi untuk meredam serangan Kroasia yang hampir bisa dipastikan bertumpu pada seorang Luca Modric. Karena itu, diduetkanlah Luiz Gustavo dan Paulinho di jantung lini tengah, guna membendung manuver gelandang jangkar Real Madrid itu. Kedua pemain ini memiliki karakter bertahan lebih kuat, meskipun sesekali naik membantu serangan. Scolari mungkin sengaja tidak menurunkan Fernandinho serta hanya memainkan Hernanes dan Ramires beberapa menit guna mengonsentrasikan serangan pada sayap kanan dan kiri, dimana benteng Kroasia lebih mudah ditembus dari sektor tersebut. Dan memang begitulah kenyataannya, serangan dari sektor tengah lebih banyak terbentur dengan kedigdayaan Modric, yang memiliki kualitas berimbang dalam bertahan dan menyerang.

Walhasil, Brasil berhasil menyarangkan tiga gol ke gawang Stipe Pletikosa, meskipun kiper utama Kroasia ini beberapa kali beraksi dengan penyelamatan gemilang, diantaranya mematahkan tendangan keras Neymar dan Oscar di babak pertama. Hanya saja, mungkin keberuntungan belum mendampinginya. Toh pertandingan baru berlangsung sekali. Masih banyak kemungkinan yang bisa diupayakan dengan dua laga tersisa.

Semoga pertandingan-pertandingan selanjutnya tidak terkotori dengan sesuatu yang bisa menjadi aib persepakbolaan, dan tetap berjalan sebagai mana mestinya. Salam fair play!!!.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Olahraga Selengkapnya
Lihat Olahraga Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun