Mohon tunggu...
Abrar Rizq Ramadhan
Abrar Rizq Ramadhan Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Aktif S1 Jurusan Sejarah Universitas Negeri Semarang Akt.2022

Saya Abrar Rizq Ramadhan. Sejarah beserta ilmu sosial telah menjadi minat yang saya gandrungi sejak SMA. Oleh karena itu saya masuk prodi Ilmu Sejarah Universitas Negeri Semarang (UNNES). Dengan memahami ilmu sosial, diperlukan banyak membaca demi menambah wawasan sehingga berliterasi telah menjadi sebuah kewajiban bagi diri saya sendiri. Saya juga gemar menulis. Sejak SMP, saya telah menekuni hobi ini. Yang saya tulis berkaitan dengan kehidupan sosial, Lifestyle, Review film/buku, dan Historiografi. Dikala jenuh dengan aktivitas terkait kesejarahan, biasanya saya menghibur diri dengan menonton film, bermain game, dan bermusik.

Selanjutnya

Tutup

Politik

Menangkap Jejak Ideologi Sayap Kiri dan Kanan

30 Januari 2023   21:51 Diperbarui: 31 Januari 2023   09:07 818
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Legislative Assembly/ foto: alphahistory.com

  

Ideologi kiri dan kanan yang berawal dari revolusi Prancis. Tapi kini ideologi tersebut tidak murni menjadi simbol suatu negara. 

Istilah sayap kiri dan kanan bukan asing lagi ditelinga masyarakat. Istilah ini identik sebagai paham dan pemikiran suatu partai politik. Pada masa ini, banyak partai politik yang menganut paham dari ideologi kiri dan kanan. Jadi sebenarnya yang dimaksud sayap kiri dan kanan dari sebuah ideologi? Bagaimana kisah dibalik terbentuknya paham tersebut?

Pertanyaan itu mengusik saya untuk menguak makna dibalik stempel itu!  Berbagai literatur saya coba mencari jawaban ini.  Alhasil, ditemukan jawaban walau belum utuh. Masih ada puzzle yang belum tersusun. Semoga dilain kesempatan akan ditemukan penggalan-penggalan puzzle itu.

Pada mula dari revolusi Prancis yang meletus tahun 1789. Untuk meredam amarah rakyat yang menyerang penjara Bastille, Dewan majelis nasional beserta Raja Louis XVI melaksanakan sidang National Assembly untuk membentuk konstitusi baru.

Mereka mengundang wakil rakyat yang terdiri dari tiga golongan. Golongan yang pertama adalah para pemuka agama. Golongan kedua adalah kaum ksatria dan bangsawan. Golongan yang terakhir datang dari kelas rakyat biasa dan kaum pekerja. Dewan majelis kemudian membagi tempat duduk dari ketiga golongan ini. Mereka yang pro terhadap hierarki dan monarki duduk di sebelah kanan Raja Louis XVI, dan mereka yang mendukung kesetaraan dan revolusi duduk di sebelah kiri. Dari sini, istilah sayap kiri dan kanan terbentuk.

Golongan pemuka agama dan bangsawan cenderung mendukung nilai-nilai konservatif. Oleh karena itu mereka memilih mendukung Raja Louis XVI. Hal ini karena mereka yang duduk di sebelah kanan sidang sudah merasa cukup puas akan pemerintahan yang ada. Sehingga revolusi bukanlah impian bagi mereka yang telah merasakan nikmat memiliki kekayaan. Jika terjadi revolusi atau perubahan, maka akan menyusahkan golongan ini dalam menyebarkan agama dan mempertahankan kekayaannya.   

Berbanding terbalik dengan golongan pekerja dan rakyat biasa. Mereka yang duduk di sebelah kiri, tidak semata-mata menginginkan revolusi tanpa sebab. Mereka beranggapan bahwa kekuasaan raja harus dikurangi, bahkan mengganti sistem feodalisme menuju republik demokratis. Hal ini dikarenakan kaum pekerja semakin tersiksa dengan kekuasaan monarki yang makin melebar. Terlebih dengan sistem pajak yang merugikan rakyat, namun menguntungkan kelas atas.

Pada  tahun 1791, National Assembly digantikan oleh Legislative Assembly yang disusun oleh anggota dewan yang baru. Kali ini, kaum inovator yang duduk di sebelah kiri, golongan moderat duduk di tengah dan yang mempertahankan konstitusional di sebelah kanan. Namun, pasca kudeta 2 Juni 1793 terjadi penangkapan sejumlah anggota fraksi Girondins yang berhaluan kanan. Beberapa orang yang duduk di kanan mulai berpindah ke tengah.

Legislative Assembly/ foto: alphahistory.com
Legislative Assembly/ foto: alphahistory.com

Istilah kiri dan kanan mulai diperkenalkan sebagai ideologi politik setelah restorasi Bourbon. Kelompok-kelompok berideologis mulai dibentuk pada masa ini di Prancis. Di antaranya adalah Ultra-Royalist yang menganut paham kanan dan kaum independen yang condong ke arah kiri.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun