Suatu pagi di Stasiun Pondok Ranji, Bintaro, Pak Makmum bersusah payah berusaha masuk ke gerbong KRL Commuter Line jurusan Tanah Abang. Pak Makmum terdorong dari kiri, kanan dan belakang, sementara ia kesulitan untuk maju karena gerbong telah penuh sesak. Akhirnya Pak Makmum dapat masuk ke gerbong, walaupun ia tidak dapat berdiri dengan nyaman. Untuk bernafas pun ia kesulitan.
[caption id="attachment_146239" align="alignright" width="300" caption="Jakarta (3/11) - Penumpang menjejali KRL Commuter Line 5663/5664 jurusan Serpong - Manggarai. Pada tanggal 3/11 kereta tersebut berangkat dari Stasiun Serpong pukul 08.55, terlambat 25 menit dari jadwal seharusnya. Foto: TheFlyingLynx"][/caption] Namun rupanya Pak Makmum yang usianya sudah lebih dari 60 tahun itu memiliki selera humor yang tinggi. Tiba-tiba Pak Makmum mengeluarkan kamera kecil dari tasnya dan meminta seorang pemuda untuk mengambil foto guna merekam suasana di dalam gerbong tempat ia terhimpit di antara para Roker. Lalu ia berujar, "ini mau saya kirim ke Menteri Perhubungan, setuju?" Beberapa Roker mengiyakan seraya mengangguk-angguk. "Sesekali dia (Menteri Perhubungan) harus coba naik kereta ini", pungkasnya sebelum turun bersama Roker lainnya di Stasiun Tanah Abang.
Kebetulan hari itu adalah hari setelah Presiden SBY mengumumkan hasil perombakan Kabinet Indonesia Bersatu II, yang antara lain menjadikan Bapak E.E. Mangindaan sebagai Menteri Perhubungan menggantikan Bapak Freddy Numberi.
Entah apakah Pak Makmum jadi mengirim foto tadi ke Menteri Perhubungan yang baru atau tidak... Yang jelas, pada hari Selasa, 2 November 2011, Pak Mangindaan diberitakan menaiki KRL Commuter Line jurusan Tanah Abang - Parung Panjang. Pak Mangindaan menumpang kereta tersebut bersama istri dan stafnya. Kabarnya, hari itu Pak Mangindaan dan rombongan hendak meninjau pembangunan rel ganda Serpong-Maja. Pak Mangindaan dan istri sempat berdialog dengan Kepala Stasiun Tanah Abang, masinis kereta dan beberapa petugas, serta menanyakan kenyamanan dan keamanan berkereta kepada sejumlah penumpang.
Mungkin juga, perjalanan tersebut merupakan tanggapan Pak Mangindaan terhadap surat dari Komunitas Penumpang KRL Jabodetabek (KRL Mania) tanggal 21 Oktober 2011 yang isinya mengajak Pak Mangindaan untuk mencoba menaiki KRL Jabodetabek, khususnya lintas Depok/Bogor pada jam sibuk.
Kemauan Pak Mangindaan untuk langsung turun melihat situasi dan kondisi lapangan patut diacungi jempol. Hal ini sejalan dengan komitmen Pemerintah untuk meningkatkan kualitas pelayanan angkutan umum, khususnya jaringan kereta Jakarta-Bogor-Depok-Tangerang-Bekasi (Jabodetabek). [caption id="attachment_146256" align="alignright" width="300" caption="Jakarta (3/11) - Sebuah rangkaian KRL Ekonomi Jabodetabek dengan penumpang hingga ke atap. Keterbatasan infrastruktur transportasi sering membuat penumpang mengorbankan keselamatan, keamanan dan kenyamanannya. Foto: Photobucket / Jhon Ipenk"][/caption] Sayang sekali, Pak Mangindaan dan rombongan tidak menumpang KRL Commuter Line pada jam sibuk... Mereka dapat duduk nyaman karena mereka menaiki kereta yang berangkat dari Stasiun Tanah Abang menuju Parung Panjang pukul 10.00. Kereta yang mereka tumpangi arahnya menjauh dari Jakarta. Saat itu, kereta juga sepi penumpang karena sebagian besar Roker yang tinggal di kota-kota satelit Jakarta sudah berada di tempat mereka bekerja dan belum akan beranjak hingga sore harinya. Perjalanan Pak Mangindaan juga "kurang alamiah". Pengelola kereta telah melakukan persiapan yang agak berlebihan dalam rangka memuluskan perjalanan Pak Mangindaan, hari itu Stasiun Tanah Abang mendadak terlihat lebih rapi dan bersih. Loket karcis tampak lebih kinclong. Jumlah petugas pemeriksa karcis dan penjaga keamanan bertambah. Di tepi peron ada garis tanda batas aman berdiri berwarna jingga yang catnya masih terlihat basah... [caption id="attachment_146237" align="alignleft" width="300" caption="Jakarta (3/11) - Menteri Perhubungan, E.E. Mangindaan, (duduk) berbincang dengan petugas saat menumpang KRL Commuter Line Tanah Abang - Parung Panjang dari Stasiun Tanah Abang (2/11). Foto: Detikcom / Egir"][/caption]
Pak Makmum mungkin kecewa. Sepertinya perjalanan Pak Mangindaan dari Tanah Abang ke Parung Panjang dengan KRL Commuter Line ini cuma sekedar isapan jempol pencitraan. Jika Pak Mangindaan berniat menemukan akar permasalahan pada jaringan kereta Jabodetabek, logikanya ia harus melihat situasi dan kondisi lapangan yang real -bukan situasi yang dikondisikan alias dibuat-buat. Jika tidak, bagaimana mungkin Pak Mangindaan bisa menemukan solusi yang tepat...
Lain kali, mungkin sebaiknya Pak Mangindaan menumpang KRL -lebih afdol lagi kalau yang dinaiki adalah KRL ekonomi- pada jam sibuk, ke arah yang penuh penumpang, tanpa pakaian dinas, tanpa emblem menteri, tanpa pengawal, tanpa woro-woro ke pengelola kereta... Dengan begitu, Pak Mangindaan dapat melihat, mendengar dan merasakan kenyataan yang benar-benar terjadi di lapangan. Kalau beruntung, mungkin Pak Mangindaan juga dapat menikmati aroma khas KRL Jabodetabek, khususnya yang kelas ekonomi...
Himbauan ini tidak hanya ditujukan kepada Pak Mangindaan, tetapi juga untuk segenap pemimpin alias para imam negeri ini, supaya orang-orang seperti Pak Makmum tidak terus menerus terhimpit kesulitan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H