Mohon tunggu...
Billy Fannan
Billy Fannan Mohon Tunggu... wiraswasta -

Pria lulusan Desain Komunikasi Visual dari Universitas Trisakti ini menyukai menulis. Selain hobi lainnya yang tentunya berhubungan dengan seni. Baginya menulis adalah sebuah pengalaman untuk mengeksplorasi lebih kata kata. Dan berimajinasi dengan cara yang unik.

Selanjutnya

Tutup

Otomotif

Saatnya Beralih ke Angkutan Umum

10 Maret 2014   23:12 Diperbarui: 24 Juni 2015   01:05 101
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Jalur Cawang menuju Gatot Subroto hari ini tampak sangat padat. Jam masih menunjukkan pukul 7 pagi hari, namun antrian kendaraan tampak sampai radius
2 km kedepan. Seperti hari hari kerja lainnya memang keadaan jalan-jalan ibukota selalu seperti ini. Terlebih hari senin ini diiringi dengan hujan lebat semalam, sehingga menyebabkan beberapa ruas jalan masih tergenang.

Puluhan mobil dan ratusan motor tidak beraturan ingin mendahului, bahkan jalur transjakarta pun akhirnya mereka lalap. Notabenenya jalur transjakarta adalah jalur yang bersih dari kendaraan lain. Inilah yang terkadang membuat angkutan umum di Jakarta menjadi semakin semerawut. Mereka bergerak kesegala arah untuk dapat menembus kemacetan. Berlomba dengan waktu agar cepat melewati jebakan macet atau mungkin agar cepat sampai di lokasi yang dituju.

Pengguna kendaraan pribadi khususnya motor banyak yang ikut berteduh di bawah jembatan layang saat hujan datang, bahkan berhenti untuk menggunakan jas hujan. Namun hal ini menjadikan jalan menjadi makin macet karena penumpukan motor-motor tersebut menghalangi arus lalu lintas. Dan mereka pun tidak perduli. Sungguh miris terkadang, rasanya mau meledak saja amarah ini jikalau melihat hal ini.

Shadika salah seorang penumpang angkot mengatakan ia menjalani kesehariannya dengan menggunakan angkutan umum, dan ini menjadi pilihan hidupnya. Dan buatnya lebih baik ia bermacet macet ria daripada ia harus ikut mengantri bahkan mengendarai motor atau mobil. Berkutat dengan kemacetan dengan mengendarai motor terlebih mobil adalah beban menurutnya. “Macet sudah biasa, tapi jikalau harus sambil mengendarai kendaraan juga, saya memilih ngangkot saja”, ujarnya.

Tia, salah seorang penumpang transjakarta pun memilih menggunakan transjakarta untuk beraktifitas di ibukota ini. Ini menjadi pilihan yang bijak karena angkutan ini yang tampaknya cukup layak dan nyaman digunakan.
Waktupun jadi semakin efisien dengan transjakarta, tambahnya. Transjakarta saat ini jadi alternative pilihan, selain murah angkutan umum ini cukup bisa diandalkan. Terlebih kebijakan Jokowi sang gubernur yang mensterilkan jalur angkutan ini. Tidak tanggung denda yang dilakukan 500 ribu – 1 juta rupiah apabila melanggar jalur transjakarta. Walau ini juga harus dibarengi dengan kontrol yang konsisten pihak pemerintah daerah. Maklum masih banyak yang berusaha melanggar apabila tidak ada penjagaan dan razia pihak kepolisian.

Tampaknya sudah saatnya masyarakat Jakarta beralih menggunakan angkutan umum, dan hal ini juga harus diimbangi dengan fasiltas dari angkutan umum tersebut. Pemerintah harus turun tangan langsung untuk mewujudkan angkutan umum yang layak dan juga nyaman. Mungkin dengan hal ini dapat mengurangi kemacetan di Ibukota dengan berkurangnya kendaraan pribadi. Kebutuhan ini sudah darurat sifatnya, terlebih melihat kondisi Jakarta yang makin hari makin semerawut karena penuh sesaknya kendaraan pribadi. Baik dalam hal ini motor maupun mobil. Kita warga Jakarta sudah rindukan angkutan massal yang baik, demi nyamannya ibukota ini. Ayo pak Jokowi, segerakan Monorail. Dan kini saatnya beralih ke angkutan umum, dimulai dari sekarang.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Otomotif Selengkapnya
Lihat Otomotif Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun