Mohon tunggu...
Ukhti Aulia Rakhmah
Ukhti Aulia Rakhmah Mohon Tunggu... -

an ordinary person that wants to be extraordinary person :)

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

[Masih] Penolong Kesengsaraan Oemoem

13 April 2014   19:50 Diperbarui: 23 Juni 2015   23:43 1090
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Banyak yang bilang bahwa biaya pelayanan kesehatan di RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta itu mahal. waktu saya ingin berobat ke PKU Jogja, saya dilarang oleh beberapa teman seangkatan, "Jangan, Mahal disana!" dan setelah beberapa kali beli obat di apoteknya pun, saya mengiyakan pendapat teman-teman saya.

memang, saya tidak membuat mini research untuk menulis artikel ini. Pendapat pendapat subjektif saya dengar (dan alami) dari orang-orang yang sering saya temui.

Dosen-dosen saya yang notabene banyak bekerja di sana, tidak menyangkalnya dan selalu memberi alasan bahwa itu adalah untuk subsidi silang. Tapi dapat curhatan dari beberapa orang yang pernah dirawat, "Aih....Mahalnyaaaa...." Mereka harus merogoh kocek cukup dalam dikantongkantong mereka.  Padahal tidak semua mahasiswa di kampus saya, orang "berpunya". Trus,,,

Kapan sih Subsidi Silangnya??? Jaman dulu???

Mengingat, RS PKU Muhammadiyah dulu didirikan dengan tujuan menyediakan pelayanan kesehatan bagi kaum dhuafa’. Nama awalnya adalah PKO, Penolong Kesengsaraan Oemoem, sesuai tujuannya. RS yang didirikan oleh H.M. Sudjak yang didukung sepenuhnya oleh K.H. Ahmad Dahlan berdiri  pada tanggal 15 Februari 1923 di Notoprajan  Yogyakarta (http://www.rspkujogja.com).  Sudah hampir 1 abad, 100 tahun! Dulu adalah sebuah klinik kecil dan sekarang tersebar di mana mana. Bahkkan RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta menjadi rumah sakit rujukan.

Apa hal itu yang menyebabkan biaya pelayanannya "Mahal"?

dan lagi, Kapan Subsidi silangnya???

Pertanyaan selama hampir empat tahun, terjawab setelah saya menjalani program profesi keperawatan di sana. Melihat langsung!

Seorang pasien, kecelakaan. Parah. Dengan patah tulang di beberapa bagian tubuhnya. Sempat mendapat perawatan di ICU. Namun, belum pernah terlihat keberadaan keluarga. Hidup seorang diri mungkin??? Tidak! Ia punya keluarga lengkap. Tapi tidak peduli dengan keadaannya. "Malang nian..." pikirku

selidik punya cerita, ia sorang mualaf. Dan memang "dibuang" oleh keluarga.

Seorang bayi, lucu. Sudah beberapa bulan tidak dijenguk oleh keluarganya. Para perawat kadang menggendongnya sambil melakukan tugas yang lain. Memberinya kebutuhan akan kasih sayang, belaian dari orang yang meyayanginya. Bayi yang haus kasih sayang itu sering menangis, tanpa lapar, emngompol ataupun pup, hanya untuk mendapatkan tepukan hangat. Bulan februari saya praktek disana, tercatat dari bulan november ia sudah menempati ruang Bayi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun