Mohon tunggu...
The Econ Lab
The Econ Lab Mohon Tunggu... Lainnya - A Lab Designed for Aspiring Student Economist

THE ECON LAB is a student club aiming to be a supportive platform to develop the skillset needed to be outstanding economics student and to build awareness on economic issues in FEB UB environment. We connect highly passionate economics students, develop them, and encourage them to create economic works.

Selanjutnya

Tutup

Money

Stock Vs Cryptocurrency: Which One is Better?

30 Maret 2021   08:57 Diperbarui: 30 Maret 2021   09:45 248
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ekonomi. Sumber ilustrasi: PEXELS/Caruizp

Oleh Azriel Akbar Alfajri dan Merry Andayani mahasiswa Ilmu Ekonomi Universitas Brawijaya

Investasi secara sederhana merupakan kegiatan penanaman modal oleh individu atau perusahaan yang harapannya bisa memberikan keuntungan dari hasil penanaman modal tersebut di masa depan. Instrumen dari investasi ini sebenarnya ada banyak, diantaranya ada; emas, reksadana, obligasi, deposito, cryptocurrency, saham, valuta asing, properti, dan juga tabungan. 

Masing -- masing instrumen memiliki tingkat return dan risk yang berbeda-beda. Mereka yang baru terjun dalam dunia investasi, biasanya 'disarankan' untuk memilih instrumen reksadana, karena dana yang mereka punya akan dikelola langsung oleh pihak ahli atau biasa disebut dengan manajer investasi. Sehingga, untuk resikonya sendiri tergolong cukup aman dan untuk return pun tidak begitu mengecewakan. Seperti yang dilansir dalam situs kompas.com, untuk return dari reksadana khususnya reksadana saham, wajarnya sekitar 15 -- 20 persen per tahun.

Namun, sebagai seorang investor pasti juga ingin mendapatkan keuntungan yang besar. Instrumen investasi yang diklaim paling menguntungkan dibandingkan dengan intrumen lain adalah saham. Saham sendiri dapat diartikan sebagai tanda kepemilikan seseorang atau badan usaha atas suatu perusahaan. Eksistensi saham ini semakin meningkat sejak pandemi Covid-19 mulai menyebar di Indonesia. Dilansir dari situs cnbcindonesia.com, per Oktober 2020 terjadi peningkatan investor baru lebih dari 50% dibanding periode yang sama pada tahun sebelumnya. Hal ini bisa dikarenakan sebagian besar kegiatan dialihkan menjadi Work From Home (WFH), jadi waktu seseorang dalam berselancar di dunia maya menjadi meningkat. Selain itu, Ketua Dewan Komisioner OJK Wimboh Santoso juga mengatakan, karena ruang konsumsi belum pulih seperti semula, maka terjadi peralihan pendapatan dari bentuk konsumsi menjadi investasi, hal inilah yang menyebabkan demand di pasar keuangan meningkat.

Banyak keuntungan yang bisa didapatkan melalui investasi saham ini. Pertama, kita akan memiliki hak ikut serta dalam Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) dan hebatnya, kita juga diakui sebagai pemilik suatu perusahaan. Kedua, kita juga berkesempatan untuk mendapatkan deviden untuk setiap lembar saham yang dimiliki. Semakin banyak saham yang dimiliki, akan semakin besar pula total dividen yang didapat. Namun pembagian deviden ini hanya bisa didapatkan ketika perusahaan untung dan baru bisa dilakukan jika mayoritas investor menyetujui dalam RUPS. Ketiga, return lain yang bisa kita dapat adalah potensi dari capital gain. Inilah, yang sering digunakan oleh para trader saham untuk menjual harga sahamnya ketika terjadi selisih untung antara harga jual dan harga belinya. Terakhir, ketika kita menjadi investor, itu berarti kita juga berkontribusi untuk memajukan perekonomian negara, karena membantu mendorong suatu perusahaan untuk berproduksi.

Setiap kelebihan pasti ada kekurangan, sama seperti investasi saham ini, ia dikenal dengan instrumen investasi dengan high risk, high return. Entah karena disebabkan perusahaan yang rugi, capital loss, atau tidak ada pembagian deviden. Nah, salah satu cara yang bisa dilakukan para investor untuk mengoptimalkan keuntungan namun tetap dapat meminimalisir resiko ini adalah dengan diversifikasi portofolio. Hal ini berdasarkan pada teori yang diperkenalkan oleh Henry Markowitz, yaitu Teori Portofolio. Dengan petuahnya "do not put all the eggs in one basket" yang menjadi sangat populer dan dipatuhi hingga hari ini dalam dunia investasi.

Selain instrumen saham, cryptocurrency menjadi instrumen berikutnya yang diminati oleh investor baru. Di masa pandemi seperti sekarang ini menjadikan transaksi digital sebagai salah satu alternatif dalam kegiatan ekonomi. Cryptocurrency merupakan mata uang digital yang dapat menyimpan nilai pada jaringan Blockchain. Adanya cryptocurrency membuat alternatif baru dalam transaksi lintas negara seperti renitansi tanpa pihak ketiga. 

Cryptocurrency sempat ditolak di beberapa bank sentral, termasuk di 2018 ditolak Bank Indonesia berdasarkan undang undang alat transaksi yang diakui hanyalah rupiah. Namun, terhitung 17 Desember 2020 pemerintah Indonesia resmi mengizinkan perdaganagn mata uang digital atau cryptocurrency, namun dari total lebih dari 2.200 jenis cryptocurrency yang diperdagangkan secara publik hanya 229 yang diakui oleh Badan Perdagangan Berjangka Komoditi (Bappebti) termasuk bitcoin (CNBC Indonesia, 2021). Kelonggaran aturan tentang cryptocurrency ini merupakan salah satu langkah stimulus dalam menghadapi krisis global (Kompas.com, 2020).

Investasi mata uang crypto menjadi salah satu trend investasi di kalangan milenial. Kabarnya banyak milenial yang mampu memperoleh penghasilan dari trading ataupun investasi pada mata uang kripto. Tak heran jika semakin banyak yang melakukan investasi dalam bentuk cryptocurrency. Prinsip dalam perdagangan mata uang kripto ini sama halnya dengan hukum permintaan. Pada saat permintaan akan suatu barang yang jumlahnya terbatas, harga barang tersebut akan mengalami peningkatan. 

Ada beberapa hal yang membuat cryptocurrency menjadi trend baru dalam investasi. Pertama setiap pengguna memiliki kode tersendiri untuk bertransaksi dengan cryptocurrency sehingga transaksi tersebut tidak diketahui oleh pihak manapun. Berikutnya yakni dalam transaksi ini tidak ada pihak ketiga yang terlibat jadi segala jenis transaksi merupakan tanggung jawab pribadi. Ketiga yakni tidak ada syarat apapun untuk mendaftar menjadi penggunanya. Dan yang terpenting jika bursa saham memiliki jam operasional, bursa cryptocurrency buka setiap hari nya tanpa jam operasional, ini menjadi keuntungan tersendiri untuk profit taking dalam berinvestasi.  

Adapula beberapa hal yang menjadi pertimbangan dalam memilih cryptocurrency sebagai instrumen investasi. Jika saham memiliki pergerakan yang terhitung lambat namun stabil, cryptocurrency memiliki nilai yang lebih fluktuatif dan tidak stabil. berikutnya yakni pengguna harus mengingat wallet key dalam bentuk pin atau password, karena jika pengguna lupa akan wallet key, pengguna tidak akan bisa mengakses cryptocurrency yang dimilikinya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun