Mohon tunggu...
Titin Sulistiawati
Titin Sulistiawati Mohon Tunggu... profesional -

Namaku tetap sama, jiwaku tetap sama, visi dan misiku tetap sama dan aku adalah orang yang sama, akupun mencintai sesama...

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Cinta, Untuk Sebuah Renungan

27 Juli 2014   05:56 Diperbarui: 18 Juni 2015   05:04 10
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Cinta, itu kata pertama yang bisa aku katakan padamu. Cinta begitu mengaburkan semua logika kita tentang menjaga, setia, kepercayaan, memelihara cinta yang kita miliki masing-masing. Logika kita bahkan mungkin nyaris terkubur dengan mengatas namakan “CINTA”.

Begitu dahsyatnya “Cinta” yang kita miliki berdua, sehingga kita menghalalkan semua yang kita lakukan dengan mengatas namakan “Cinta”? Bahkan, aku tak mampu untuk menjawabnya.
Jika kita buka mata hati kita, Tuhan memberi “Cinta” yang begitu indah untuk kita. Aku memiliki Kekasih yang begitu baik mencinta dan menyayangi bahkan berani berkorban apapun untukku dan takut kehilanganku.

Begitu tinggi “Cinta” yang dia berikan, aku begitu tersanjung dengan “Cinta”nya. Dan aku yakin begitu juga dengan “Cinta” yang diberikan kasihmu padamu.
“Cinta” yang tak akan usai dan usang, begitu murni dan indahnya. Kasihmu rela memberikan segalanya untuk cinta yang dia miliki yaitu kamu. Tapi pernahkah kita menyadarinya berdua?.
Lihat dengan mata hatimu, lihat dan tatap dengan hatimu, apa yang aku miliki untuk sebuah kata “Cinta” untukmu? Tak ada, aku tak memiliki apapun untuk semua “Cinta” yang ku miliki seperti Kasihmu berikan padamu.

Aku hanya memiliki sebuah “Cinta” yang seperti angin, dia angin yang berhembus dan terbang entah kemana.
Aku hanya memiliki sebuah “Cinta” yang seperti matahari, dia tak setia pada malam hari.
Aku hanya memiliki sebuah “Cinta” yang seperti bulan, dia tak setia pada siang hari.
Aku hanya memiliki sebuah “Cinta” yang seperti bintang, gemerlap indah kau pandang tapi sulit untuk kau jangkau.

Aku hanya memiliki sebuah “Cinta” yang seperti pelangi, indah kau pandang dengan warna-warnanya tetapi hanya bisa kau pandang tak dapat kau miliki.
Aku hanya memiliki sebuah “Cinta” yang seperti awan, kadang memutih dan tanpa kau sadari dia akan berubah menghitam.
Aku hanya memiliki sebuah “Cinta” yang seperti hujan, menyirami dengan kesejukan tetapi akan hilang perlahan.

Aku hanya memiliki sebuah “Cinta” yang seperti embun, bening di pagi hari tapi menghilang saat tak sanggup lagi terik mentari menerpa.
“Cinta” yang ku miliki hanya ada dalam anganmu yang tak sanggup kau peluk dan tak sanggup menenangkan detak jantungmu.

Cinta yang kita miliki bukan kata bahagia, karena bahagia itu ada pada cinta yang t’lah kita miliki.
Bahagia kita bukan bahagia seutuhnya yang semestinya kita miliki bersama cinta yang t’lah kita miliki.
Bahagia kita bahagia semu yang berperisai “Cinta”, kita rapuh sayang..,
Cinta kita teramat rapuh...
Cinta kita tak memiliki arah bahkan tujuan...
Cinta kita bahkan tak mesti untuk dipertahankan.

Sebuah renungan
Parungpanjang, 14 Juli 2014

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun