Mohon tunggu...
Titin Sulistiawati
Titin Sulistiawati Mohon Tunggu... profesional -

Namaku tetap sama, jiwaku tetap sama, visi dan misiku tetap sama dan aku adalah orang yang sama, akupun mencintai sesama...

Selanjutnya

Tutup

Catatan

Keberkahan di Malam Takbiran

5 Agustus 2013   14:18 Diperbarui: 24 Juni 2015   09:36 124
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Malam takbiran dua tahun yang lalu....

“Ayah, sisa uang yang kita miliki pada idul fitri tahun ini sebesar Rp 100.000,-, bila kita pergi ke Serang (kampung halamanku) tidak cukup untuk transport kita dan anak-anak dan begitu juga bila kita ke Depok (tempat tinggal mertuaku) tidak cukup juga, terus menurut ayah bagaimana?”. Itu pertanyaan yang ku ajukan pada suamiku.

Dengan lembut suamiku menjawab, “Sudah tidak apa-apa, idul fitri tahun ini kita di rumah saja. Nanti kita telpon semua keluarga kalau kita tidak bisa datang”. Jawaban yang simpel tapi membuat sejuk dihatiku.

Tiba-tiba, ada suara bel pintu rumah kami berdering tapi kami tidak meladeninya karena mungkin saja itu orang-orang iseng yang saat itu sedang bertakbiran dan melintas depan rumahku. Tetapi suara bel terus berdering dengan teriakan orang memanggilku. “Bundaaaa...ada di rumah nggak ini aku sobatmu lho...”. Dengan wajah penuh kekhawatiran dan secepat kilat aku langsung keluar kamar dan membuka pintu depan rumahku.

“Iiih...lama banget siih buka pintunya”, seorang sahabat lama yang tak ku kira akan kedatangannya tepat pukul 24.00 (tengah malam). Masih dengan wajah terheran-heran dan penuh dengan kebingungan aku berusaha menanyakan maksud kedatangannya.

“Tumben banget siih, ada apa say...kok tengah malem gini ke rumahku”. Tanyaku penuh dengan berjuta tanya. Masih dalam keadaan lelah dan cape terlihat dari raut wajahnya, dia langsung terduduk sambil berkata, “Bun...lo butuh duit kan?” Aku masih terkesiap dengan kedatangannya ditambah lagi dengan pertanyaannya yang seolah-olah tahu kondisiku.

“Kok lo tau siiih?”, jawabku. “Ngga tahu...tadi siang gua abis ambil duit (sambil mengeluarkan amplop kertas warna coklat isi uang yang menurutku sangat banyak), terus gua ngga ngerti yang kebayang dalam fikiran gua kok lo ya?”. Dia menjawab pertanyaanku sambil mengeluarkan sejumlah uang. “Ini lo pegang Rp 4.000.000,- aja ya, lo pake deh buat idul fitri besok”. Aku makin terkesiap full dengan rasa takjub, “Maksud lo uang ini buat gua, terus gua harus gimana?” aku mulai bertanya kembali dengan wajah makin bingung dan terpesona.

“Iya, uang ini lo pake aja...yang Rp 2.000.000,- buat lo yang Rp 2.000.000,- lagi lo kembaliin ke gua tapi itu juga kalau lo udah bisa bayar jadi bayarnya bisa kapan aja, gimana lo mau?”, Dia mulai menjabarkan hal ihwal pemberian uang tersebut.

Masih dengan kekaguman dan rasa takjub, aku kembali bertanya. “Bener niih, lo ngga becandakan?”. Dia tertawa, “Gimana sih lo...masa gua becanda, terus ngapain gua dateng ke rumah lo tengah malem gini kalau gua cuma buat becanda, ngaco ya lo...”. Dia mempertegas maksud kedatangannya.

“Subhanallah, makasih ya say...bener gua ngga nyangka. Gua kan ngga pernah cerita ama lo kalau gua ngga punya duit, hehehehe...”. Aku mulai menguasai rasa takjubku. “Iya, gua juga bingung...kok yang ada dalam benak dan hati gua cuma lo ya...waktu gua ambil uang ini tadi di bank terus gua maksa laki gua buat datang ke rumah lo...”. Dia pun sepertinya masih dalam keadaan bingung.

Akhirnya setelah berbincang-bincang, sahabatku tercinta nan baik hatipun pamit dan aku hanya bisa mengucapkan rasa syukur yang tak terhingga dan berharap semoga Allah SWT yang membalas semua kebaikannya.

Mungkin ini adalah salah satu janji Allah, bahwa Dia tidak akan menyulitkan ummatnya dan pertolongan itu datang disaat kita sudah mulai berpasrah diri bahwa hanya Allah lah yang Maha Menolong semua ummatnya.

Tidak ada yang tidak mungkin bagi Allah, yang kadang kita sebagai ummatnya lupa bahwa ada Yang Maha Segalanya. Kepasrahan dan keikhlasan serta tetap bersyukur menjadi ladang amal kita sehingga Allah membuka pintu rizkinya dari arah dan tempat yang tak pernah kita duga.

Semoga ini semua menjadi pembelajaran berharga buat kami sekeluarga bahwa pertolongan itu senantiasa Allah sebarkan untuk semua ummatnya yang percaya dan yakin atas semua Kuasanya.

Terima kasih untuk sahabatku yang saat ini nun jauh disana, semoga keberkahan senantiasa Allah limpahkan padamu sekeluarga, Amiiin.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun