Mohon tunggu...
Thedy J.
Thedy J. Mohon Tunggu... Akuntan - Penulis Umum

Terus belajar menulis

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Aku Setia Berada di Belakang

24 April 2020   09:19 Diperbarui: 24 April 2020   09:39 94
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Hadist Nabi Muhammad Saw diriwayatkan Abu Musa al-Asy'ari Ra, yang artinya, "Ia berkata, "Aku dan dua orang dari kaumku datang menghadap Nabi Muhammad Saw. Salah seorang mereka berkata, "Ya Rasulullah Saw angkatlah kami sebagai pejabatmu."Satu orang lagi juga mengatakan perkataan yang sama. Lalu Rasulullah Saw bersabda, "Kami tidak akan memberikan jabatan pemerintahan ini kepada orang yang meminta dan berambisi untuk mendapatkannya,"

(HR Bukhari dan Muslim).

Bayangkan Anda berada di birokrasi di mana para anggotanya memiliki sifat ingin tampil yang sangat dominan, tentunya bakal capek dan tidak kondusif. 

Sebagai pemegang kepemimpinan juga merasa tidak nyaman dijejali berbagai kepentingan anggotanya. Maka dari itu, islam sangat menekankan konsep zuhud di dalam berakhlak dan menghindari riya. 

Dengan konsep ini, situasi menjadi cair, pemimpin dihormati dan dipercaya, ambisi orang per orang diredam, kalaupun ada yang tampil niatnya adalah untuk menyuarakan kebenaran dan mendukung kepentingan bersama.

Dengan zuhud, keikhlasan bisa diraih, sementara buah dari keikhlasan adalah surga. Bukankah Para Ulama sudah mencontohkan jauh-jauh hari sebelumnya, salah satunya Al Imam Al Mawardi yang punya hobi menulis kitab tetapi tidak pernah dicetak, karena apa ? takut riya. Buku-buku beliau baru dicetak setelah beliau wafat dan menjadi best seller. 

Imam Sibawaih tokoh besar nahwu, buku yang beliau tulis tidak tercantum judul dan nama pengarangnya karena apa ? khawatir riya. kenapa orang riya, kenapa orang ingin dilihat, ya karena dunia.

Lagipula, bukankah dalam kondisi perang tentara yang menjaga di belakang lebih luas pandangannya, tebih tenang dan terukur. Bukankah selama di belakang, kita punya enough time untuk memperkuat konsep dan melihat dari sisi yang lebih luas ? Maka, sudah semestinya kita menganggap kekuasaan sebagai hak prerogatif Allah bukan sesuatu yang patut dikejar.

Lebih jauh lagi, dalam sebuah laporan yang ditulis oleh Kim Peter dan Alex Haslam dari University of Queensland menyimpulkan bahwa mereka yang menganggap dirinya sebagai 'Pemimpin' justru gagal dalam memimpin karena orang yang seperti ini cenderung jatuh cinta pada citra diri mereka sendiri dan meletakkan diri mereka di 'atas' dan terpisah dari pengikut. Dan itu adalah cara terbaik untuk membuat pengikut tidak menyukai pemimpin.

Sudah waktunya persepsi dikembalikan kepada jalur bahwa jabatan kepemimpinan itu take for granted, bukan sesuatu hal yang perlu dikejar.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun