Mohon tunggu...
Thedy J.
Thedy J. Mohon Tunggu... Akuntan - Penulis Umum

Terus belajar menulis

Selanjutnya

Tutup

Olahraga

Menuju Jakarta Smart City Melalui Pembangunan Fasilitas Olahraga yang Mumpuni

24 Desember 2019   23:09 Diperbarui: 24 Desember 2019   23:47 27
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
https://www.telegraph.co.uk

Beberapa waktu yang lalu, saya sempat berencana untuk merutinkan kembali kegiatan olahraga yang dulu saya lakukan secara berkala. Bersama teman-teman kantor, kami berinisiatif untuk menciptakan budaya sehat melalui kegiatan berolahraga. Kantor kami di kemayoran, di pusat hiruk pikuk kota jakarta, kawasan pusat pemerintahan berada.

Waktu itu sedang berlangsung pertandingan tennis US Open, sekitar bulan Agustus sampai September 2019. Terbawa euphoria pertandingan tennis, akhirnya kami bersama-sama mencari lapangan tennis di sekitaran kantor untuk dapat dipakai bermain bersama. Hal yang membuat kami tercengang adalah tentang betapa sulitnya mencari fasilitas olahraga yang layak untuk dipergunakan umum.

Alhasil, buntut hasil pencarian kami adalah satu tempat milik perusahaan sekitar, satu lagi tidak layak, dan tempat terakhir ternyata sudah beralih fungsi menjadi beberapa tower rumah susun. Hal ini tidak berbeda seperti yang pernah saya alami waktu sekolah di Jogja, minimnya fasilitas olahraga membuat sarana olahraga tidak berbayar akhirnya hanya dimiliki oleh 'kalangan tertentu' sehingga kami yang notabene tidak menguasai medan harus tersingkir. 

Sebagai informasi, dilansir dari statistik.jakarta.go.id pada 10 Juni 2019 bahwa sampai dengan tahun 2017, di Jakarta terdapat 39 Lapangan Sepakbola Terbuka, 37 Lapangan Olahraga Terbuka yang bisa digunakan untuk berbagai jenis olahraga (Basket, Tenis, Voly, Bulutangkis dan Fitnes Outdoor), 14 Gedung Kepemudaan dan Wisma Atlet, 13 Stadion Sepakbola, 12 Kolam Renang dan 1 Stadion Atletik. 

Sebagaimana data BPS bahwa jumlah penduduk DKI Jakarta pada tahun 2018 mencapai 10,4 juta jiwa. Dari total jumlah penduduk,  yang berusia 20 - 34 sebanyak 2,7 juta jiwa atau sebesar 26% dari total populasi Jakarta yang belakangan sering kita sebut sebagai 'Kaum Milenials'. Anggap saja 10% dari kaum milenials adalah penyuka olahraga basket sehingga kita dapatkan angka 278.230 jiwa dan anggap 90% dari 278.230 jiwa telah terfasilitasi sehingga sisanya 27.823 jiwa perlu adanya fasilitas umum.

Dari total 37 lapangan basket untuk digunakan oleh 27 ribu orang berarti setiap tim (berisi 10 pemain) harus mengambil jeda sekitar 75 kali pertandingan untuk dapat bermain di tempat yang sama. Atau bisa dikatakan bahwa setiap tim harus menunggu sekitar 15 hari untuk bisa menggunakan lapangan yang sama (dengan asumsi lapangan full time digunakan). Saya rasa hal ini agak menyulitkan.

Padahal, di tengah pengaruh gelombang informasi seperti saat ini, para milenials sebenarnya perlu fasilitas agar bisa ter 'distract' dari pengaruh-pengaruh buruk seperti pergaulan bebas, narkoba, dan hal-hal yang kurang bermanfaat lainnya. Olahraga merupakan salah satu sarana menumbuhkan jiwa kompetitif & sportif selain manfaat utamanya menjaga kesehatan. Budaya olahraga yang menjamur dapat juga menjadi stimulus munculnya atlet-atlet baru yang kelak insya Allah akan membanggakan Indonesia di mata dunia.

Saya berharap, konsep Jakarta Smart City bisa mempertimbangkan ketersediaan fasilitas olahraga mengingat generasi muda saat ini rentan terpengaruh oleh hal-hal negatif jika tidak diapresiasi dengan sarana olahraga yang memadai. Beberapa fasilitas ruang terbuka hijau juga perlu diberi perhatian khusus agar tidak ada celah untuk terjadinya sexual harassment, akan lebih baik lagi jika di tempat tersebut ada program berkala untuk memfasilitasi para milenials untuk berkarya.

Demikian, terima kasih.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Olahraga Selengkapnya
Lihat Olahraga Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun