Apakah yang dimaksud dengan akal? Dan dimanakah letak akal itu?
Orang sering mengatakan kata "akal" tetapi hanya sedikit yang mengetahui jawaban dari pertanyaan diatas.
Kata "akal" berasal dari bahasa arab "aql". Akal (Aql) bila diterjemahkan kedalam bahasa indonesia berarti mengikat atau tali yang mengikat. Letak akal di qalbu (jantung). Pertanyaan berikutnya adalah, Apa yang diikat dan "siapa" yang mengikat ? Yang diikat adalah otak, dan Qalbu lah "pelaku" pengikatan otak.
Lalu apa landasan hukum / referensi tentang akal? Landasan hukum atau referensi saya adalah Quran surat 22 ayat 46, yang artinya :
“Maka apakah mereka tidak berjalan di muka bumi, lalu mereka mempunyai jantung/qalbu yang dengan itu mereka dapat memahami (ya’ qiluna/berakal) atau mempunyai telinga yang dengan itu mereka dapat mendengar? karena Sesungguhnya bukanlah mata itu yang buta, tetapi yang buta, ialah jantung yang di dalam dada” (QS 22:46)
Pasti ada yang berkomentar : "Ngawur masak letak akal di jantung!!!"
Saya akan jelaskan dengan perumpamaan yang sederhana.
Pernahkah anda luka kemudian dibius, atau melihat orang luka dikakinya kemudian sang dokter menyuntikan obat bius di dekat kaki yang luka tadi (bius lokal, bius dilakukan disekitar luka saja).
Obat bius melemahkan kemampuan saraf sensorik (saraf yang menyebabkan rasa sakit atau nyeri pada luka), sehingga rasa sakit disekitar luka menjadi tidak terasa, itu berarti saraf sensorik di kaki yang dibius telah kehilangan kemampuannya melaporkan rasa nyeri ke otak.
Tetapi jika kaki sebelahnya yang tidak dibius dicubit masih terasa sakit, itu berarti bius bekerja lokal hanya dikaki yang disuntik. Jika ditanya sebenarnya yang dibius otak atau kaki, maka dengan tegas anda akan menjawab “ya kakilah”, loh kok bisa gitu, kok bisa otak tidak merasakan nyeri. Khan otak gak ikut dibius, kenapa otak tidak dapat merasakan nyeri.
Otak tidak dapat merasakan nyeri di kaki yang dibius karena saraf sensorik tidak "mampu" melaporkan informasi rasa sakitnya kepada otak. Jadi jelas yang di bius adalah kaki dan otak kehilangan informasi nyeri. Otak tidak pernah terbius, otak kehilangan informasi nyeri di kaki karena kemampuan saraf sensorik di kaki yang terbius melemah (tidak mampu melaporkan rasa nyeri). Disaat kaki terbius saraf motorikpun ikut terbius sehingga kakipun sulit digerakan, sulit dikontrol.
Jadi saat saraf sensorik terbius maka otak kehilangan (tidak mendapat) informasi mengenai saraf sensorik.
Contoh lain adalah :
Ketika seseorang meminum minuman beralkohol sebenarnya dia sedang meminum obat bius, karena alkohol itu memiliki efek yang mirip dengan obat bius, alkohol itu akan memasuki pencernaan dan menyebar ke bagian-bagian tubuh, terutama jantung. Alkohol akan membius jantung, seperti obat bius yang disuntikan di kaki, kemampuan saraf sensorik jantung melemah sehingga otak kehilangan informasi sensorik dari jantung. Disaat kemampuan saraf sensorik jantung melemah dan otak kehilangan informasi sensorik jantung maka orang tersebut telah kehilangan akalnya, karena jantung merupakan pusat hormon yang mengatur kinerja otak. Karena kehilangan informasi hormonal dari jantung, otak bekerja tanpa kontrol (kehilangan akal).
Jadi akal terletak di jantung, disaat jantung terbius maka kemampuan kontrol jantung ke otak melemah hingga otak kehilangan kontrol (kehilangan akal)
Wallahu a’lam bish-shawabi
#now4tomorrow
Salam Penulis Sukses Mulia
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H