Mohon tunggu...
Cerpen

Angan Hina

28 Mei 2017   19:34 Diperbarui: 28 Mei 2017   21:18 213
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dari jutaan sperma yang ayahmu muncratkanke ibumu atau wanita lain, dengan kecepatan rata-rata 2,5 cm per 15 menit, ada satu yang dengan bangganya mendeklarasi wilayah ovum, itu kamu yang berhasil menembus cangkang ovum.

9 bulan, dengan bangga lagi berhasil keluar dari sempitnya lubang favorit ayahmu atau pria lain. Dengan bangga meneriakkan dengan tangisan bahwa kamu siap hidup, kamu siap menjawab “aku ingin jadi dokter” atas cita-cita mereka, siap bertanya-tanya kenapa ada buswaykhusus ras vagina.

Pelan-pelan… kamu mulai mengenal yang namanya “sukses”, pelan-pelan terus dijejali bahwa kamu kelak juga bisa sukses, pasti akan sukses. Berlandaskan itu, kamu pun selalu berprestasi di SD, SMP, SMA, atau “lembaga menghafal” apapun yang kamu jalani.

Semua pencapaian selama ini membuatmu semakin yakin, “ya emang aku bakal jadi orang sukses, pasti akan sukses”, semua orang mulai memuji atas keyakinan dan keberhasilanmu ini. Teman, keluarga, bahkan karakter anime yang kamu tonton, they’re all on your side.

Lalu masuk umur 20 tahun, “nah masalah level medium” kata Tuhan. Pelan-pelan mereka hilang sesudah bilang “semangat ya”, menyemangati dari tempat mereka yang aman dan nyaman, not literally gone, karena ujung-ujungnya masalah harus diselesaikan sendiri. Yang banyak kita dengar semasa bocah adalah mereka yang berhasil menghadapi masalah ini dan sukses selanjutnya. Tapi percayalah, jauh lebih banyak mereka yang ngambang-ngambang tidak jelas, merokok-rokok, meminum-minum apa yang tidak jelas.

Disinilah kamu baru ngeh semua yang kamu, mereka lakukan itu bullshit, semua komitmen, pengetahuan, wanita, it’s a fucking bullshit. Bahkan pelan-pelan mulai mengerti alasan kenapa orang banyak yang bunuh diri, karena kamu mikir mungkin itu bukan hal yang salah. Orang yang selama ini kamu support udah dengan ringannya memilih tidak terlibat di masalahmu, orang yang selama ini menjadi alasanmu mengejar sukses juga mulai bingung dan putus asa untuk menolongmu, bahkan dirimu sendiri mencoba bersepakat dengan Tuhan bahwa menyerah itu bukan hal yang salah. Bunuh diri bukan hal yang salah. Menenggelamkan diri di suatu danau yang orang tidak tahu mungkin salah satu cara yang paling doing the things right untuk bunuh diri, tanpa merepotkan orang lain untuk membersihkan darahmu dan tidak perlu mengubur jasadmu. 2-3 bulan juga sudah tidak ada yang peduli kamu sudah tidak ada, semua berjalan normal. Bahkan untuk selingkup kecil orang-orang sekitarmu juga tidak ingin membuang-buang waktu meratapimu. Masalah dosa, itu masalah kita, dan tentu bukan sama sekali tanggungan mereka. Jadi tunggu apalagi?

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun