Mohon tunggu...
MFAHRUROZI ADIPRATAMA
MFAHRUROZI ADIPRATAMA Mohon Tunggu... Mahasiswa - Perbaiki Kesalahanmu di masa lalu,buatlah kebaikan di masa depan

I am the English Teacher

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Kolom Pendidikan: Menciptakan Ekosistem Masyarakat Cerdas Perlu Investasi Pendidikan yang Jelas

20 Februari 2023   17:01 Diperbarui: 20 Februari 2023   17:33 121
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Isu tentang visi Indoensia emas 2045 tentang bonus demografi yang terjadi di Negara ini mungkin telah menyadarkan beberapa pihak tentang langkah ke depan bangsa ini. Salah satu aspek paling penting dalam mencapai Indonesia emas 2045 adalah menciptkan suatu masyarkat yang memiliki komunitas berpikir. Meningkatkan rasionalitas setiap individu. Langkah ini merupakan bentuk atau cara unutuk membangun ekosistem masyarakat cerdas di Indonesia. Visi besar di tahun 2045 tidak akan tercapai tanpa pembangunan SDM (Sumber Daya Manusia ) yang memadai. 

Membangun masyarakat cerdas artinya menciptakan individu-individu yang memiliki independen dalam pemikiran. Hal itu adalah sifat kritis atau skeptis saat mendapatkan informasi baru dalam dirinya. Yaitu indivdu yang memiliki komitmen dan prinsip bertahan atau tidak mudah terpengaruh hoaks yang saat ini terjadi di masyarakat. Ekosistem masyarakat cerdas yaitu kumpulan dari orang-orang yang mampu memahami dan menerima inovasi-inovasi baru sebagai bentuk perubahan bahkan secara massif sekalipun.

 Selain itu, kunci dari Indonesia emas 2045 adalah Negara ini menjadi lahan subur dalam penelitian atau bisa disebut rumah bagi akademisi atau peneliti. Walaupun beberapa riset telah dilakukan di Negara ini, jumalhnya masih terlalu sedikit dibandingkan dengan skala wilayah dan jumlah penduduk Indonesia. Menciptakan rumah bagi para akademisi adalah menyediakan tempat dan waktu serta dukungan berupa insentif akademisi di Indonesia. 

Saat ini jumlah akademisi di Indonesia sangat terbatas jumlahnya. Maka, dalam mencapai Visi 2045 tersebut harus didukung oleh para akademisi yang ahli dalam bidangnya. Karena Indonesia emas adalah ekosistem masyarakat cerdas yang merupakan rumah bagi para akademisi.

Merujuk dari data Programme for International Student Assessment (PISA) yang diinisiasi oleh Organisation for Economic Co-operation and Development (OECD) Dari 80 negara yang disurvei PISA Indonesia berada di rangking 74 jauh berada di bawah negara-negara Asia Tenggara lainnya seperti Thailand, Singapura dan Malaysia. Maka dari itu membentuk ekosistem masyarakat cerdas dalam meraih visi 2045 hanya menjadi mimpi di siang bolong selama kondisi pendidikan nasional masih seperti saat ini.

Salah satu cara yang dilakukan oleh negar-negara seperti china, India, dan Thailand adalah dengan investasi dalam pendidikan/eduacational investment di Negara-negara yang telah maju secara science. Perkembangan Ilmu pengetahuan yang didukung dengan pesatnya teknologi dalam menghiasi perubahan zaman adalah bukti dari ketatnya persaingan dunia saat ini. Indonesia yang saat ini secara geopolitik tidak diperthitungkan dapat mengambil kesempatan untuk mempersiapkan menghadapi bencana global di masa depan. Bencana ini yang dimaksud adalah perang teknologi.

Kenapa kita yang di era 80-90an sebelum reformasi bisa unggul dan diperhitungkan hingga munculah sosok BJ. Habiebie adalah karena kita saat itu berani menghabiskan uang dalam investasi pendidikan bagi anak-anak Indonesia saat ini. Kita harus mengakui bahwa kualitas pendidikan di dalam negeri masih belum mampu menciptakan sebuah ekosistem masyarakat cerdas tadi, hanya kita memiliki banyak potensi yang bisa menjadi Habiebie baru di Indonesia.

Pemerintah harus berani investasi dalam pendidikan yang jelas. Karena sebelum membentuk sebuah komunitas berpikir dan ekosistem yang cerdas diperlukan individu berkualitas.Kasus dari para pelajar besiswa yang tak kunjung pulang ke tanah air bisa berarti mereka masih memiliki riset yang tidak dapat dilakukan di dalam negeri, atau tidak mendapati ekosistem yang mampu menunjang pemikiran-pemikiran yang mereka bawa. Hal tersebut merupakan sebuah evaluasi dari keputusan bahwa selain mengirim kita juga perlu memberikan wadah/tempat yang sesuai dengan mereka.

Kita tidak bisa mempertanyakan rasa nasionalisme mereka yang tidak kembali,namun wajib mengkritisi mereka yang merugikan negeri ini. Karena semua memiliki cara tersendiri dalam mencintai bumi pertiwi.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun