Mohon tunggu...
The Balbalans
The Balbalans Mohon Tunggu... Freelancer - Sepakbola Akar Rumput

Created by The Poor, Stolen by The Rich

Selanjutnya

Tutup

Bola Pilihan

Brentford Bukan Sekadar Halte Bus

21 Desember 2024   16:52 Diperbarui: 21 Desember 2024   16:52 27
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dulu hanya dikenal sebagai "halte bus di Hounslow," Brentford kini telah menjelma menjadi kekuatan yang disegani di Liga Primer. Di bawah asuhan Thomas Frank, mereka menunjukkan transformasi luar biasa dengan gaya permainan menyerang yang inovatif, memanfaatkan kandang mereka Gtech Community Stadium sebagai lumbung gol. Meski tidak mencolok dari luar, atmosfer di Gtech menjadi tantangan serius bagi siapa pun yang berkunjung.

Rekor kandang Brentford sejauh ini luar biasa. Dari delapan pertandingan, mereka memenangkan tujuh dan hanya sekali berbagi poin dengan West Ham pada 28 September. Sebaliknya, performa tandang mereka berbanding terbalik, dengan satu-satunya poin diraih dari hasil imbang tanpa gol melawan Everton pada 23 November. Dengan rata-rata lima gol per pertandingan di Gtech, stadion ini telah menjadi surga bagi sepak bola menyerang di Inggris.

Strategi Thomas Frank yang agresif sejak peluit awal terbukti efektif, terutama dalam membuat lawan tidak nyaman. Brentford mencetak gol di menit pembukaan dalam tiga pertandingan Liga Primer berturut-turut musim ini -- melawan Manchester City, Tottenham, dan West Ham -- sebuah rekor yang mengesankan. Bahkan, dalam pertandingan keempat melawan Wolves, mereka hanya butuh dua menit untuk mencetak gol pembuka. Meski gol-gol cepat ini tidak selalu membawa kemenangan di laga tandang, kemenangan 5-3 atas Wolves di Gtech menjadi bukti bahwa kandang mereka adalah panggung utama untuk sepak bola menyerang.

Menurut data Opta, jumlah gol di Gtech musim ini bisa mendekati rekor Stamford Bridge pada 2009-10, ketika Chelsea mencetak 103 gol dalam satu musim. Kehebatan Brentford di kandang mencerminkan filosofi mereka yang berani dan visioner.

Thomas Frank dan Filosofi Brentford

Sumber: https://www.brentfordfc.com/en/news/article/first-team-thomas-frank-100-wins-brentford-head-coach
Sumber: https://www.brentfordfc.com/en/news/article/first-team-thomas-frank-100-wins-brentford-head-coach
Musim ini, Thomas Frank sempat dihubungkan dengan sejumlah klub besar, termasuk Manchester United dan Liverpool. Namun, pelatih asal Denmark itu tampaknya nyaman bekerja di bawah model berbasis statistik milik pemilik Brentford, Matthew Benham. Filosofi Benham menekankan pentingnya struktur dan pengambilan keputusan yang tepat, lebih dari sekadar data mentah.

Frank memadukan pendekatan statistik modern dengan kecerdasan sepak bola tradisional. Bersama direktur sepak bola Phil Giles, ia mengadopsi filosofi bahwa serangan adalah bentuk pertahanan terbaik. Mereka juga mengeksploitasi kelemahan pertahanan lawan di Liga Primer, yang sering kali tidak siap menghadapi serangan frontal Brentford.

Kekuatan Baru Pasca Ivan Toney

Bryan Mbeumo dan Yoane Wissa (Getty Images)
Bryan Mbeumo dan Yoane Wissa (Getty Images)
Absennya striker utama Ivan Toney, yang terkena larangan bermain, sempat dianggap ancaman bagi performa Brentford. Namun, mereka justru semakin solid, dengan Bryan Mbeumo dan Yoane Wissa mengambil alih peran kunci. Mbeumo telah mencetak delapan dari total 10 golnya di kandang, sementara Wissa menyumbang sembilan gol, delapan di antaranya juga di Gtech. Kehadiran mereka menjadikan lini depan Brentford tetap tajam dan efektif.

Mikkel Damsgaard, yang kembali ke performa terbaiknya meski berjuang melawan artritis reumatoid, menjadi penyokong utama lini depan dengan tujuh assist musim ini. Kisah keberanian Damsgaard mencerminkan semangat kolektif Brentford yang tetap solid di tengah tantangan.

Masa Depan Brentford

Keberhasilan Brentford tidak hanya berakar pada strategi serangan mereka, tetapi juga pada perencanaan dan kepanduan yang luar biasa. Para pemain seperti Mbeumo dan Wissa kini menjadi incaran klub-klub besar, sementara staf pelatih mereka juga diakui sebagai inovator. Dengan filosofi unik dan semangat pantang menyerah, Brentford telah membuktikan bahwa mereka bukan sekadar "halte bus di Hounslow," tetapi tim yang layak diperhitungkan di Liga Primer.

Brentford telah melampaui ekspektasi dengan mengandalkan keberanian, inovasi, dan efisiensi. Mereka bukan hanya simbol transformasi sebuah tim kecil menjadi pesaing tangguh, tetapi juga inspirasi bahwa sepak bola modern bisa diraih melalui perencanaan matang dan semangat juang.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun