LaLiga harus pergi ke Tenerife, sebuah pulau di Kepulauan Canary. Selain terkenal sebagai destinasi wisata dengan lima juta turis tiap tahun, Tenerife ternyata punya cerita seru soal sepak bola yang bikin Real Madrid trauma dan Barcelona berseri-seri.
Kalau bicara soal pertandingan tandang di liga Eropa, biasanya jarak jauh bukan sesuatu yang kita pikirkan. Tapi, gimana kalau jaraknya lebih dari seribu mil? Itulah yang terjadi kalau timTenerife: Pulau Wisata yang Punya Klub "Pembunuh Raksasa"
Tenerife adalah pulau terbesar di Kepulauan Canary, Spanyol. Gunung Teide, gunung berapi terbesar ketiga di dunia, menjadi ikon tempat ini. Populasi pulau ini sekitar satu juta, dengan sebagian besar penduduk tinggal di Santa Cruz dan La Laguna.
Di Santa Cruz, ada klub sepak bola utama Tenerife, yaitu Club Deportivo Tenerife. Berdiri sejak 1912, mereka lebih sering bermain di divisi kedua Spanyol. Tapi jangan remehkan mereka. Meski hanya tim kecil, Tenerife punya sejarah emas yang bikin Real Madrid sakit hati dua kali berturut-turut!
Tahun 90-an: Masa Keemasan Tenerife
Antara 1990 hingga 1999, Tenerife pernah mencicipi 10 musim di LaLiga. Bahkan, mereka sempat finis di posisi kelima dua kali, yang membawa mereka ke Piala UEFA. Salah satu momen terbaik mereka adalah saat berhasil melaju ke semifinal Piala UEFA 1996/97, menyingkirkan tim besar seperti Lazio dan Feyenoord sebelum kalah dari Schalke. Tapi, bukan itu yang bikin nama Tenerife diingat oleh penggemar Real Madrid dan Barcelona.
Musim 1991/92: Tenerife "Merampok" Gelar dari Madrid
Waktu itu, Real Madrid sedang menikmati era keemasannya dengan pemain bintang seperti Hugo Sanchez dan La Quinta del Buitre. Mereka sudah lima tahun berturut-turut jadi juara LaLiga. Tapi, semuanya berubah ketika Johan Cruyff datang ke Barcelona. Dengan gaya permainan yang segar dan pemain seperti Ronald Koeman dan Hristo Stoichkov, Cruyff membangun tim impian yang akhirnya berhasil merebut gelar LaLiga pada musim 1990/91.
Musim berikutnya, Real Madrid masih jadi favorit. Mereka memimpin klasemen hingga pertandingan terakhir, unggul satu poin dari Barcelona. Untuk memastikan gelar, Madrid "hanya" perlu menang melawan Tenerife, yang saat itu hanya tim papan bawah.
Awalnya, semuanya berjalan mulus bagi Madrid. Mereka unggul 2-0 dalam 30 menit pertama. Tapi, Tenerife punya rencana lain. Mereka membalikkan keadaan dengan kemenangan 3-2 yang dramatis! Gol bunuh diri dan blunder kiper Madrid menjadi mimpi buruk mereka. Sementara itu, Barcelona menang di pertandingan lain dan merebut gelar juara.
Musim 1992/93: Deja Vu yang Menyakitkan