AS Monaco, tersembunyi rekaman hitam-putih Kylian Mbappe muda. Dalam salah satu klip, ia terlihat duduk di kelas, penuh perhatian saat gurunya mengajarkan bahasa Spanyol. Di video lain, ia melompat-lompat di atas trampolin, mengeja huruf demi huruf kata "Monaco" dengan gaya pemandu sorak Amerika. Lucu, penuh energi, tapi juga penuh arti.
Di sebuah arsip lamaDari luar, semuanya tampak seperti kesembronoan khas anak muda. Tapi di balik keceriaan itu, Mbappe kecil sudah punya rencana besar. Ia sadar bahwa mimpinya tidak akan terwujud tanpa persiapan matang. Pelajaran bahasa Spanyol, misalnya, punya tujuan jelas. "Mungkin suatu hari nanti ini akan berguna," kata Mbappe kala itu. Dan benar saja, musim depan ia akan tinggal di Spanyol, memperkuat klub impiannya, Real Madrid.
Dari Bondy Hingga Dikenal Dunia
Mbappe lahir di Bondy, pinggiran kota Paris, pada tahun 1998 -- tahun yang sama saat Prancis mengangkat trofi Piala Dunia untuk pertama kalinya. Lingkungannya bukan sekadar tempat tinggal, tapi juga tempat ia mengasah bakat. Apartemen keluarganya menghadap langsung ke lapangan sepak bola AS Bondy, klub tempat ayahnya, Wilfried, menjadi pelatih.
Sejak kecil, Mbappe terbiasa bermain melawan lawan yang dua kali lebih besar darinya. Ia tidak pernah memilih jalan mudah. Ayahnya sering memaksanya bermain melawan bek terbaik di Bondy, termasuk nama-nama yang kini menjadi pemain profesional seperti William Saliba. "Kylian selalu ingin melawan yang terbaik," kenang teman masa kecilnya, Rayan Viyanga. "Ia tidak pernah menetapkan batasan apa pun untuk dirinya."
Bondy adalah awal perjalanan, tapi Mbappe tahu ia harus melangkah lebih jauh. Di usia 14 tahun, ia pindah ke Monaco. Sempat kesulitan di awal, Mbappe akhirnya menunjukkan bakatnya yang luar biasa di tahun kedua. Tak lama kemudian, seluruh Eropa mulai menyadari bahwa bintang baru telah lahir.
Proyek Mbappe
Satu hal yang membedakan Mbappe dari banyak pemain muda berbakat lainnya adalah perencanaan. "Proyek Mbappe" adalah istilah yang digunakan untuk menggambarkan bagaimana keluarga Mbappe -- terutama ayah dan ibunya -- merancang perjalanan kariernya dengan cermat.
Saat masih kecil, kamar Mbappe dihiasi poster Cristiano Ronaldo, pahlawan masa kecilnya. Namun, ia bukan sekadar penggemar. Mbappe benar-benar mempelajari Ronaldo, Zinedine Zidane, hingga kakak angkatnya, Jires Kembo Ekoko, yang juga pemain profesional. Inspirasi ini membentuk gaya bermainnya yang cepat, tajam, dan cerdas.
Bahkan sebelum bergabung dengan PSG, Mbappe membuat keputusan besar. Pada tahun 2017, Monaco hampir menjualnya ke Real Madrid dengan harga 180 juta euro. Namun, Mbappe berkata, "Tunggu dulu, saya yang memutuskan masa depan saya." Ia memilih PSG, klub asal kota kelahirannya, sebagai pijakan sebelum akhirnya pergi ke Madrid tujuh tahun kemudian.
Tidak Ada Batasan