Mohon tunggu...
Anjas Permata
Anjas Permata Mohon Tunggu... Konsultan - Master Hypnotist

Trainer Hypnosis, Master Hypnotist, Professional Executive, Founder Rumah Hipnoterapi, Founder Mind Power Master Institute, Ketua DPD Perkumpulan Komunitas Hipnotis Indonesia (PKHI)

Selanjutnya

Tutup

Ramadan Pilihan

Memahami Hakikat Bersyukur di Bulan Penuh Rahmat

11 Maret 2024   20:36 Diperbarui: 11 Maret 2024   20:59 1488
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
https://www.muhammadiyahlamongan.com/wp-content/uploads/2016/09/bersyukur.jpg

"Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah (nikmat) kepadamu, dan jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), maka sesungguhnya (azab-Ku) lebih pedih." (QS. Ibrahim: 7)

Dalam satu kisah diceritakan Aisyah RA, istri Rasulullah SAW pernah bertanya kepada suaminya, "Ya Rasulullah. bukankah Allah Swt telah mengampuni semua dosamu terdahulu dan yang akan datang, buat apa engkau bersusah payah menjalankan ibadah bahkan sepanjang malam hingga kakimu bengkak karena lama berdiri?"

Rasulullah kemudian menjawab, "Wahai Aisyah, bukankah lebih elok jika aku bersyukur." (HR Bukhari)

Kisah sederhana diatas mengajarkan kepada kita betapa hebatnya Nabi Muhammad SAW dalam mengekspresikan rasa syukur atas semua nikmat yang diberikan oleh Allah Swt.

Meskipun sudah diberikan jaminan masuk surga, tidak membuat Rasulullah jumawa. Beliau justru semakin tekun menjalankan ibadah seperti salat, berpuasa, berzikir dan beramal kepada sesama.

Rasulullah memberikan contoh nyata kepada kita bahwa bersyukur bukan hanya tentang berucap "Alhamdulillah", namun lebih dari itu bersyukur merupakan pilihan sikap yang mesti diwujudkan dalam perbuatan.

Apakah kita sudah bersyukur? 

Pertanyaan ini yang menjadi pijakan awal saya dalam merenungkan makna kata syukur yang sesungguhnya. 

Seringkali kita lupa bahwa sebenarnya banyak hal baik yang diberikan oleh Allah Swt. Namun ketika berhadapan dengan ujian hidup, kita justru mengeluh dan mengesampingkan nikmat.

Kita mengumpat, mencaci bahkan merasa jadi orang yang paling terzalimi di muka bumi. Semua ini tak lain karena respon emosional yang tidak mampu kita kontrol.

Sahabat sekalian, perlu kita pahami bahwa apapun yang terjadi dalam kehidupan kita, entah hal baik atau buruk sejatinya bersifat netral. Pemaknaan atas semua peristiwa itulah yang menjadi sumber masalah.

Sebagai contoh, si Ahmad akan mengikuti tes ujian masuk perguruan tinggi negeri favorit. Ahmad telah mempersiapkan segalanya berbulan-bulan, mulai dari ikut bimbingan. latihan soal-soal hingga salat tahajud setiap malam.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ramadan Selengkapnya
Lihat Ramadan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun