Saya mendapat surel dari salah satu teman sebut saja namanya Novi. Dia menceritakan pernah menjadi korban gendam. Begini isi lengkap surelnya.
"Dear pak Anjas, apa kabar pak? Semoga bapak dalam keadaan sehat, Aamiin. Saya tertarik sekali dengan keahlian bapak di bidang hipnotis. Namun ada hal yang mau saya tanyakan berkaitan dengan hipnotis ini. Jadi ceritanya semasa kuliah dulu saya pernah kena gendam.Â
Suatu sore seperti biasa saya hendak kembali dari Jombang menuju ke Surabaya naik kereta. Pertama kali masuk ke dalam kereta, saya memilih tempat duduk sesuai nomor tiket kereta. Tak lama kemudian ada seorang bapak-bapak duduk juga di sebelah saya. Dia membawa sebuah tas berwarna hitam yang dikenakan menghadap depan dan dipeluk erat. Kereta pun berangkat memulai perjalanannya.Â
Bapak itu lantas mengajak saya ngobrol. Awalnya saya sama sekali tidak ada rasa curiga sedikitpun. Kami ngobrol santai soal asal masing-masing serta tujuan ke Surabaya. Dia kemudian menceritakan tentang tujuannya ke Surabaya adalah untuk melakukan transaksi bisnis dengan rekanan. Singkat cerita si Bapak ini mengatakan kepada saya bahwa tas yang dibawanya berisi uang ratusan juta. Dia juga membuka tas nya dan memperlihatkan kepada saya.Â
Saat kami hampir sampai di stasiun Gubeng Surabaya, tetiba dia memasang muka kaget, kemudian mengatakan bahwa dirinya lupa membawa handphone. Dia terlihat sangat kebingungan karena alasan tidak bisa menghubungi rekanan atau saudaranya untuk menjemput. Dia lantas hendak meminjam handphone saya untuk dipakai telepon. Entah kenapa saya sangat percaya kepada bapak ini dan mulai merasa iba.
Ketika turun dari kereta, dia mengajak saya ke ruang tunggu yang sepi dengan alasan biar aman. Dia kemudian menitipkan tas rasnselnya kepada saya. Tanpa kecuriagaan, sayapun memberikan handphone kepadanya. Dia bilang mau ke toilet sebentar untuk buang hajat kemudian telepon saudaranya. 15 menit telah berlalu, si Bapak tidak kunjung kembali. 30 menit berlalu, tak juga kelihatan batang hidungnya. Sampai lebih dari satu jam saya menunggu, namun Bapak itu tidak juga kembali.
Saya kemudian berinisiatif mendatangi petugas stasiun dan menanyakan Bapak dengan ciri-ciri yang saya sebutkan. Petugas keamanan mengatakan bahwa sudah tidak ada lagi orang yang menunggu dan hanya saya yang ada di stasiun. Saya menceritakan kepada petugas keamanan, kemudian membuka tas di depan petugas. Betapa kagetnya saya ternyata di dalam tas itu hanya berisi potongan kertas berukuran sama dengan uang kertas yang jumlahnya sangat banyak.
Petugas keamanan lantas berkata, "Wah sampeyan kena gendam mbak!"
Benarkah saya kena gendam pak? Mohon pencerahannya"
***