Siapa yang tidak menginginkan kesuksesan? Siapa juga yang tidak menginginkan keberhasilan? Tentunya kita semua mengharapkannya bukan?
Terus terang saya heran ketika bertemu dengan orang yang kerjanya sangat santai tetapi hasilnya luar biasa. Karena sebelumnya saya adalah orang dengan tipe pekerja keras, pulang selalu malam di atas jam kerja. Bahkan hari minggu dan libur besar pun tetap bekerja dengan alasan mengejar target.Â
Kebiasaan di atas saya lakukan hampir tujuh tahun lamanya. Waktu saya tersita pada urusan dan hal-hal yang berhubungan dengan pekerjaan. Jangankan untuk menulis artikel di kompasiana seperti sekarang, untuk refreshing dengan keluarga saja sangat sulit.Â
Saya cenderung mengalami kondisi kecanduan kerja (workaholic).
Tetapi anehnya meskipun sudah sangat keras saya bekerja dan berusaha, kok hasilnya segitu-gitu saja. Padahal banyak literatur dan referensi yang saya baca mengatakan bahwa seberapa besar usaha berbanding sama dengan hasil yang akan didapatkan. Maka seharusnya dengan bekerja keras bisa menghasilkan pencapaian maksimum dan bagus donk. Bener gak sih?
Saya beranggapan sudah melakukan semua, tapi nyatanya realitas menendang saya jauh sekali. Bukannya memperoleh hasil yang baik, justru saya dipermalukan dengan pencapaian dibawah rata-rata.
Dari kecil saya juga dididik dengan pemahaman bahwa untuk mendapatkan sesuatu ada harga yang harus dibayar. Harus kerja keras dan jangan malas untuk bisa sukses.
Setiap kali habis ikut seminar wow... rasanya semangat ini menggelora. Sebulan berlalu masih semangat, dua bulan yaaa.. tetap semangat, tiga bulan harusnya sih masih semangat, dan enam bulan sudah hilang semangat kembali pada rutinitas menjenuhkan.
Titik paling rendah dalam karier saya adalah ketika di "sidang" pada waktu workshop manager tahun 2018. Waktu itu saya berdiri di depan teman-teman sesama manajer untuk membawakan presentasi pertanggungjawaban hasil kerja kuartal III.Â