Mohon tunggu...
Thea Mira
Thea Mira Mohon Tunggu... -

Pendiri Kelompok Belajar Cahaya Gemilang, perumnas 3 Waena, Jayapura - Papua. \r\nTutor dan pendamping.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Pejuang Pendidikan dari Tolikara

17 November 2014   17:50 Diperbarui: 17 Juni 2015   17:36 44
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gadget. Sumber ilustrasi: PEXELS/ThisIsEngineering

Perjuangannya untuk dapat membaca dan menulis, mendorong perempuan Tolikara ini untuk berjuang menjangkau saudara-saudaranya  agar bebas  buta aksara.

Tak butuh waktu yang lama untuk menemui Pejuang Pendidikan asal Tolikara ini. Dikediamannya, jalan Bister Post Sentani Kabupaten Jayapura, ia berbagi cerita mengenang perjalanan hidupnya. Perempuan yang biasa disapa dengan panggilan akrab Ibera ,  lahir di Tolikara 48 tahun yang lalu,  tidak pernah mengecap pendidikan formal.Bahkan  dalam usia yang sangat muda, dia sudah menikah.  Ibera meninggalkan kota kelahirannya menuju Jayapura pada tahun 1994. Setibanya di Jayapura,  pada tahun yang sama, ia mengikuti latihan membaca dan menulis sampai tahun 1996.

Di awal perbincangan kami, ia berkata “Melihat orang lain dapat maju karena tahu baca dan tulis, hati saya rindu. Bahkan waktu saya buta aksara, saya mudah ditipu dan ketika saya minta tolong kepada teman-teman untuk mengajar saya,  mereka mengejek dan menertawakan saya. Akhirnya saya mau ikut latihan baca dan tulis agar bisa seperti mereka”, cerita Ibera mengenang awal perjalanan hidupnya di kota Jayapura.

Ia sadar betul bahwa kalau tidak mengecap pendidikan, ia ketinggalan dan tidak bisa maju. namun melalui kegiatan baca tulis di pondok kemuliaan,  Ibera bisa maju seperti teman-teman lain yang mengecap pendidikan formal. Ketinggalan dan tidak bisa maju, itulah alasan yang mendorong Ibu Wenda menjangkau  saudara-saudaranya. Setelah mengikuti pelatihan dari Yayasan Betani Indonesia, Ia mulai berkarya sebagai  Tutor.

Berawal dari tahun 2006, ia membuka kelas latihan baca – tulis tahap pertama dengan warga belajar sebanyak 20 orang dewasa yang terdiri dari 3 laki-laki dan 17 perempuan. Dari kelompok ini, kakaknya Juamin Wenda sudah dapat membaca dan melanjutkan pendidikannya di sekolah Alkitab dan melayani di Tolikara, sementara salah satu warga belajar yang adalah saudaranya, saat ini sudah bekerja di Mamberamo tengah. Lalu  kelas latihan baca – tulis tahap kedua dibuka tahun 2008. Dari kelompok ini, 11 orang sudah melek aksara, bahkan ada yang sudah mengikuti kejar Paket A.

Tahun 2010 ia membuka kelas yang sama tahap ketiga, yang diikuti oleh orang dewasa maupun anak-anak yang berusia 6 – 10 tahun. Aktifitas belajar menulis berlangsung di kediamannya. Selain itu, Ibera membuka kelompok belajar di Pasar Lama Sentani  yang diikuti oleh 5 orang ibu,  kemudian di Doyo Kali Ular dengan jumlah warga belajar kurang lebih 20 orang dan yang lainnya di Polomo Sentani. Para Tutor yang mengajar di tiga wilayah itu adalah  warga belajar yang pernah belajar bersamanya dan di antara mereka ada yang mengikuti pelatihan Tutor di literasi.

Perjuangan Ibera bukan hanya di kota Sentani dan sekitarnya, tetapi tahun 2011, mulai merambat ke daerah lain yaitu Kampung Aurina Distrik Airiu Kabupaten Jayapura. Perjumpaannya dengan Pdt Thomas Kipry, membawa sang pejuang bertemu dengan 30-an warga belajar  dewasa dan anak-anak. Mereka adalah warga jemaat Gereja Kemah Injil Indonesia (GKII) dan Gereja Kristen Injili (GKI) di tanah Papua.

Untuk menuju  Aurina Ibera mengatakan “kami naik bus ke Lereh dengan ongkos Rp.60 ribu, lalu turun di Pelabuhan Rusia, terus tunggu motor jonson. Kalau kami start jam 7 pagi, nanti jam 7 atau 8 malam baru sampai di Aurina. Itu kalau air naik. Tapi, kalau air turun, kami harus tunggu selama 1 – 2 hari bahkan bisa sampai 1 minggu baru ke Aurina. Ongkos ke sana  Rp.100.000 satu kali jalan”. Semenjak perjalanannya ke Aurina, Ibera tidak lagi membantu teman-teman seprofesinya di Yayasan Bethani Indonesia, tetapi tetap mengajar sambil mempersiapkan orang yang dapat dipercaya untuk melanjutkan apa yang sudah dirintisnya.

Sejak membuka kelas latihan baca – tulis hingga sekarang, dirinya mendapat bantuan moril maupun materil dari Yayasan Bethani Indonesia dan PKBM Karya Kasih. Perempuan Tolikara yang gagal membentuk PKBM Pondok Kemuliaan ini juga mengatakan keluh kesahnya saat menjalankan Paud Nabua Kabua yang hanya berjalan satu bulan dikarenakan orang tua murid  tidak bersedia mengantar anak-anak mereka belajar. Hal ini membuat Ibera menjemput anak didiknya, sehingga lama kelamaan, dia kelelahan dan Paud Nabua Kabua tidak pernah berjalan lagi.

Kendala lain yang dihadapi selama ini adalah masalah waktu yang telah disepakati bersama warga belajar. Namun  Ibera tetap mengajar dengan sabar, penuh kasih den kepedulian. Perjuangan Ibera Wenda demi kemajuan saudara-saudaranya tidak membuatnya malu untuk mencari, mengumpul dan menjual kaleng bekas seperti sprite, coca cola, fanta dll bersama sang suami dan menjual dengan harga Rp.60.000,- – Rp.120.000,- / karung, yang digunakan untuk membantu ongkos transport, maupun kebutuhan lain seperti membeli sabun dan biaya berobat dari warga belajar.

Berawal dari apa yang dikerjakan bersama sang suami untuk menghidupkan aktifitas belajar, tahun 2011, Ia telah membuat 3 kamar di rumahnya yang disewakan dengan harga Rp.300.000 / bulan. Dari biaya sewa inilah, Ibu Wenda dapat menjalankan aktifitasnya sebagai Tutor baik di Sentani maupun di Aurina. Mengakhiri perbincangan kami, “kaka Ibera” berharap pihak Bank dapat memberinya modal agar dapat mengembangkan usahanya.

Mengakhiri perbincangan kami, ketua Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat Kabua Nabua ini, menginginkan agar semua warga belajarnya dapat membaca dan menulis agar mengalami perubahan hidup.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun