[caption id="attachment_375841" align="aligncenter" width="300" caption="Kepala Puskesmas Abepantai, Iffanny E. Korwa, SKM, M.KP bersama warga belajar kelas ibu hamil Flora"][/caption]
“Murid yang punya potensi, akan dijadikan fasilitator dalam kelas ibu hamil kedepan, supaya pendekatannya ke masyarakat lebih bagus”. Ungkap Kepala Puskesmas Abepantai, Ifanny Korwa, MKM.
Ungkapan Kepala Puskesmas ini bukan asal bicara. Faktanya, murid yang punya kemampuan sudah diberikan kesempatan untuk menyampaikan setiap pelajaran yang diberikan dalam kelas. Hal ini terlihat ketika pihak puskesmas Abepantai melaksanakan evaluasi terhadap kelas ibu hamil Flora.
Sekitar pukul 08.30 WIT pagi itu, beberapa murid yang berada di Kampung Nafri, mulai berdatangan menuju puskemas pembantu yo onomi. Pagi itu mereka berkumpul untuk mengikuti evaluasi terhadap kegiatan rutin yang selama ini sudah berjalan di kelas mereka. Ramai sekali pagi itu. Beberapa ibu hamil sudah menunggu di ruangan. Tampak petugas puskesmas sedang bercanda bersama murid yang sudah berada di lokasi. “Menurut informasi kami masih menunggu orang Dinas”. Kata seorang jurnalis warga yang juga memantau setiap kegiatan kelompok perempuan ini.
Kelas yang satu ini agak berbeda. Warga belajarnya pun hanya sebatas ibu-ibu hamil. Kelas ini dibuat untuk menjawab salah satu indikator dalam Standar Pelayanan Minimal kesehatan yaitu cakupan K4 ibu hamil. Inilah salah satu cara yang dilakukan pihak puskesmas Abepantai untuk mengurangi angka kematian pada Ibu dan bayi di wilayah kerjanya.
Tampak tiga ibu sedang mempersiapkan diri. Mereka ini dianggap memiliki kemampuan dalam menangkap setiap penjelasan dari para pengajar. Oleh karena itu, tiga ibu dari Kampung nafri ini diberi kesempatan untuk menjelaskan kembali di depan teman-teman mereka serta para undangan yang hadir pagi itu. Ternyata, dari apa yang disampaikan, terbukti bahwa semua pelajaran yang diperoleh di kelas ibu hamil sangat bermanfaat bagi ibu itu sendiri.
Bagi kepala Puskesmas, ini dianggap sebuah kemajuan. Ide inilah yang membuatnya mendorong para ibu hamil yang sudah tamat dari kelas ibu hamil untuk terlibat menjadi fasilitator kelas ibu hamil di kampungnya sendiri. “Kedepan, ibu yang punya kemampuan dan sudah melahirkan, akan dilibatkan sebagai fasilitator dalam kelas ibu hamil di kampungnya, supaya pendekatannya dengan masyarakat lebih baik lagi”. Ungkap perempuan yang nekad kelas balita di wilayah kerjanya segera dibuka untuk mengawal perkembangan balita.
Salah seorang murid mengatakan ia sangat beruntung dapat mengikuti kelas ibu hamil di kampungnya. Pelajaran-pelajaran yang diperoleh sangat bermanfaat, sehingga ia dapat mengetahui cara terbaik untuk merawat dirinya sendiri dan juga bayinya.
Keterbatasan petugas membuat pihak Puskesmas bepikir ekstra untuk mencari solusi, agar Kelas Ibu hamil tetap berjalan sesuai komitmen mereka. Sampai-sampai kordinator kelas ibu hamil rela menggunakan dana pribadinya untuk membantu keberlangsungan kelas ini.
Dari peserta kelas Ibu hamil yang sudah melahirkan pihak Puskesmas sudah melirik beberapa ibu yang dianggap mampu menangkap setiap materi yang dibagikan sehingga memiliki pengetahuan yang mantap, lantas akan dikaderkan sebagai Fasilitator kelas ibu hamil. Cara ini ditempuh karena bila sang ibu tersebut yang membangun akses dengan masyarakat, akan lebih lancar jika dibandingkan dengan petugas kesehatan.
Ibu yang minim pengetahuan tentang kesehatan bagi ibu hamil serta bayinya, dapat memperoleh semua itu di kelas ini. Salah satu perugas berharap, warga belajar dari kelas ibu hamil ini tidak saja ibu-ibu hamil, tetapi tidak menutup kemungkinan juga bagi suami mereka, sehingga nantinya para suami dapat memberikan dukungan yang baik kepada istri pada saat hamil maupun sesudah melahirkan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H