Mohon tunggu...
Herman Wahyudi
Herman Wahyudi Mohon Tunggu... -

Mahasiswa Ilmu Komunikasi UIN Sunan Kalijaga\r\nOrganisasi: Himpunan Mahasiswa Islam (HMI-Yogyakarta)\r\nMulai menulis sejak: 2009\r\nMinat: Membaca dan menulis

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Lawang Ngajeng Semaikan Seni Budaya di Cafe-Cafe

21 Oktober 2012   09:24 Diperbarui: 24 Juni 2015   22:34 160
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
1350811297544863292

JOGJA – Tepat pukul 13.00 satu persatu peserta mulai berdatangan, panitia yang sejak awal sudah siap langsung menyuguhkan minuman yang memang disediakan secara gratis kepada peserta. Ada teh,

[caption id="attachment_205237" align="alignright" width="403" caption="Priyo Budi Santoso saat menghadiri acara "][/caption] kopi, menu alaka darnya boleh dipilih oleh peserta sesuai dengan yang diinginkan.

Usai ambil minuman, tanpa menunggu instruksi, peserta langsung mengambil tempat duduk sembari menanti acara dimulai. Dari deretan peserta yang duduk secara lesehan itu, terlihat sekelompok mahasiswa, aktifis, pengusaha, pedagang, seniman, budayawan, laki-laki dan perempuan dari berbagai latar belakang yang berbeda ngumpul dalam kebersamaan di sebuah tempat yang dikenal dengan sebutan English Café. Café yang terletak di Jl Nologaten, Sleman Daerah Istimewa Yogyakarta itu pun sontak ramai dengan peserta yang tengah menantikan kesempatan berdiskusi bareng dengan komunitas Mahabbah Budaya Lawang Ngajeng Jogja, pada Kamis (18/10).

Mahabbah Budaya (diskusi budaya) Lawang Ngajeng yang hadir setiap dua bulan di Jogja memang selalu ditunggu oleh para pecinta nongkrong dan diskusi di Jogja. Pasalnya, tidak hanya diskusi menarik dengan menghadirkan sejumlah tokoh level nasional, Lawang Ngajeng juga menyuguhkan dimensi seni budaya yang sarat makna. Komunitas yang mulai “road show” di café-café sejak awal 2012 itu selalu merangkul penggiat kesenian-kesenian lokal seperti tari-tarian, music hadrah, music akustikan, dll yang kesemuanya diambil dari komunitas-komunitas kesenian yang ada di Jogja.

“Tujuannya, memberikan ruang ekspresi bagi penggiat kesenian yang ada di Jogja untuk memberikan penampilan terbaiknya, sehingga mampu mendongkrak semangat mereka untuk terus berkarya dan berprestasi tentunya,” tutur Ketua Lawang Ngajeng Jogja, Fitiani Nasution. Fitri, demikian sapaan akrabnya mengaku senang menjadi bagian dari keluarga besar Mahabbah Budaya Lawang Ngajeng karena mampu memberinya inspirasi positif.

“Tidak hanya menyatukan perbedaan dalam bingkai kebersamaan, Lawang Ngajeng juga mampu mengispirasi banyak orang,” kata Mahasiswa yang saat ini duduk di Semester V jurusan Komunikasi Penyiaran Islam UIN Sunan Kalijaga Jogja.

Tidak jauh berbeda dengan Fitri, Umarul Faruq yang ditunjuk sebagai Ketua Panitia Mahabbah Budaya Lawang Ngajeng kali ini juga mengaku senang dengan hadirnya Lawang Ngajeng di Jogja. “Senang saja, saya jadi bisa belajar mengorganisir acara, apalagi seperti Mahabbah Budaya yang sudah cukup di kenal di Jogja,” kata Faruq.

Sementara itu Ketua Lawang Ngajeng pusat (Jakarta), Wahyu NH ALy atau yang akrab disapa Gus Wahyu mengatakan Lawang Ngajeng menjadi forum bersama yang siap mencetak generasi-generasi bangsa yang berbudaya. Menurutnya, bangsa yang berbudaya akan mampu membawa kemajuan bagi suatu Negara. “Indonesia akan maju dengan generasi-genarasi yang berbudaya,” tutur Wahyu seusai mengisi acara Lawang Ngajeng.

Wahyu juga menjadi salah satu sosok yang ditunggu-tunggu di Lawang Ngajeng, selain karena sebagai ketua pusat, Pria asal Kebumen, Jateng itu juga dikenal sebagai pribadi yang ramah dan murah senyum terhadap siapa saja. Penulis Novel Metamorfosis cinta itu bahkan tidak segan-segan berbagi kopi dan rokok dengan siapa saja yang berbicara dengannya.“Gus wahyu itu orangnya asyik, saya senang bertemu dengan dia dan mengikuti acaranya,” ucap salah seorang pesera, Suhaeni.

Seperti biasa, setelah edisi kali ini menghadirkan Priyo Budi Santoso (Wakil DPR RI), dan juga seorang novelis yang melejit namanya lewat karya “Gadis Penghafal Ayat,” Soim Haris, Mahabbah Budaya Lawang Ngajeng berikutnya akan menghadirkan tokoh-tokoh lain yang tentunya selalu menarik untuk diikuti. “Tunggu Lawang Ngajeng Berikutnya ya, semoga Lawang Ngajeng ini mampu memberikan yang terbaik bagi bangsa kita dan mampu merubah generasi bangsa ini kearah yang lebih baik,” tutur Wahyu seraya memberikan senyum.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun