Mohon tunggu...
Herman Wahyudi
Herman Wahyudi Mohon Tunggu... -

Mahasiswa Ilmu Komunikasi UIN Sunan Kalijaga\r\nOrganisasi: Himpunan Mahasiswa Islam (HMI-Yogyakarta)\r\nMulai menulis sejak: 2009\r\nMinat: Membaca dan menulis

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Meski Kotor, Sungai di Jogja Tetap Favorit

4 Desember 2012   06:26 Diperbarui: 24 Juni 2015   20:13 1828
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

[caption id="attachment_212725" align="alignright" width="387" caption="seorang warga memancing ikan di sungai Gadjah wong, Jogja beberapa waktu yang lalu."][/caption] Sungai itu terlihat dangkal. Airnya kotor, keruh, dengan pemandangan sampah yang berserakan dimana mana, membuat sungai tersebut tampak kumuh dan bau. Sebuah sungai yang tentu tidak enak untuk dilihat, apalagi di jadikan tempat untuk bersantai.

Namun tidak dengan pria yang duduk dI tepi sungai Batikan itu. Seolah tak peduli dengan kondisi sungai yang kumuh, pria berkumis itu terlihat santai dengan dua pancing di sebelah kanan dan kirinya. Sambil sesekali terlihat menarik narik salah satu pancingnya. Penasaran, kamipun pelan-pelan mendekatinya.

“Udah dari tadi mas,” kata pria itu pada kami, akhir pekan lalu. Pria yang memperkenalkan dirinya dengan nama Karno itu mengaku hobi memancing ikan di sungai. Khususnya di kala waktu senggang, ketika dirinya tidak ada pekerjaan. “Saya setiap hari minggu sering mancing, seringnya di (sungai) Gadjah Wong,” katanya melanjutkan.

Menurut Karno, ikan yang didapat dari aktifitas memancingnya di sungai Batikan itu berupa ikan lele, sapu-sapu, terkadang juga belut. “Kalau di Gadjah Wong biasanya nila,” katanya. Karno mengatakan kalau umpan untuk memancing terbilang mudah dan murah. Biasanya Karno memakai cacing sebagai umpan untuk mendapatkan ikan di sungai. “Di tempat jual pakan burung juga ada, sekarang sudah banyak yang jual, segini dua ribu,” ungkap karno sambil menunjukkan cacing dalam krekseknya.

Namun demikian pria yang kini tinggal di daerah Klitren, Gondokusuman itu menyayangkan kondisi sungai yang kotor dan juga sulitnya ikan di sungai. Padahal menurutnya, yang hobi mancing di Jogja terbilang cukup banyak. Terbukti dengan banyaknya lomba mancing yang banyak diselenggarakan diJogja. Sehingga tidak sulit untuk mendapatkan sponsor karena antusias warga yang tinggi.

“Di bantul, itu bibitnya bagus karena di taburi oleh pemerintah setempat,” kata Bapak tiga anak itu. Ia juga mengatakan kalau mancing di sungai lebih memberikan sensai daripada mancing di pemancingan atau di kolam-kolam ikan. Menurutnya, disamping membutuhkan biaya yang cukup mahal, di pemancingan suda pasti dapat ikan. Hal itu baginya tidak memberikan kepuasan dalam memancing.

“Kalau mancing di sungai, gak pasti dapat apa, kalau di kolam udah pasti, jadi ya begitulah, gak seru,” katanya. Selain itu, dirinya mengaku senang karena saat ini sudah tidak ada lagi setrum di sungai. “Sekarang udah aman, gak ada setrum, dulu banyak yang ke setrum, ya karena gak ada kesadaran dari warga sih,” ungkapnya.

Ditanya soal hasil memancingnya pria yang memakai kaos kuning itu tidak memberikan jawaban yang pasti. “Kadang dapat, kadang juga tidak dapat sama sekali, begitulah mas, tergantung gimana untungnya kita aja,” akunya.

Di tempat berbeda, Agus, warga Muja Muju, Umbulharjo, yang saat itu tengah memancing di sungai Gadjah Wong di dekat Gembira Loka jogja mengaku tidak punya pilihan mancing di tempat lain. “Disini sudah yang paling bersih dan bagus untuk mancing, ya walaupun kondisinya seperti ini (kotor),” tuturnya.

Ia berharap kalau suatu saat nanti sungai-sungai di Jogja menjadi bersih dan tidak dangkal. Ia berharap ada program dari pemerintah untuk mengeruk dan membersihkan sungai sehingga sungai menjadi nyaman dan menjadi tempat ideal untuk mancing. “harapan saya sungai ini bersih, tidak kotor lagi,” harapnya

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun