Mohon tunggu...
Dennic Pratama
Dennic Pratama Mohon Tunggu... karyawan swasta -

Full time demon, half time human.

Selanjutnya

Tutup

Healthy

Bully dan Good Guy Syndrome

30 Oktober 2014   17:30 Diperbarui: 17 Juni 2015   19:09 21
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Semua orang tentu ingin menjadi orang baik, semua orang ingin melindungi orang lain. Namun apa jadinya kalau perilaku baik ini justru bersifat buruk. Good guy syndrome. Saya tidak yakin apa ini kata yang tepat, tapi ini yang pertama kali melintas di kepala saya.

Saya bukan pencerita yang baik, tapi saya akan coba bercerita tentang sebuah acara televisi bertemakan “klenik” yang saya tonton dulu. Diceritakan sang tokoh utama sedang melakukan ritual untuk menolong seseorang yang “dikutuk” oleh orang lain. Tokoh utama ini dibantu oleh teman perempuannya.

Saat ritual selesai makhluk tak kasat mata pun muncul keluar dari tubuh orang yang ditolong itu, sang makhluk itu hendak kembali ke pelaku pengirim kutukan. Mengetahui hal ini si tokoh utama berusaha mencegahnya, karena apabila makhluk ini pergi ke pelaku pengirim kutukan, maka si pelaku ini akan mengalami hal yang sama dengan yang terjadi pada korban. Sakit, sekarat dan kemudian mati.

Si tokoh utama pun berduel dengan makhluk klenik itu, hingga ia sendiri membahayakan dirinya dan berdarah disana-sini. Sang teman wanitanya pun berusaha menghentikannya dan mengatakan untuk tidak usah mempedulikan nasib si pelaku.

Ada satu dialog dan satu monolog yang berkesan dihati saya. Dialog itu adalah “Apa yang kamu lakukan? Siapa yang ingin kamu selamatkan? Apa kamu mau menyelamatkan orang yang mau membunuh orang lain?”, sedangkan monolognya berbunyi “Kau tidak perlu berterima kasih padaku, karena aku telah berusaha menyelamatkan orang yang telah mencelakakanmu.”

Saya rasa tidaklah salah apabila kita ingin berbuat baik, namun hal yang lucu adalah apabila kita “ingin berbuat baik” dan membela orang yang telah berlaku buruk pada orang lain. Contohnya adalah membela pelaku anarkis yang ditahan polisi, membela orang yang melakukan pelecehan seksual, dan membela pelaku bully.

Bully adalah sesuatu yang diperangi dibanyak Negara, hal yang menurut saya aneh apabila kita terlalu permisif terhadap pelaku bully di Indonesia. Banyak remaja Indonesia yang sudah kehilangan nyawa akibat perilaku ini, dan banyak juga yang tertekan dan mengalami tekanan mental karenanya.

Tidak satupun orang yang pantas dibully, itu menurut saya. Mungkin anda punya pendapat lain, silahkan. Tapi yang pasti efek dari perilaku bully sangatlah buruk. Dan saya sangat berharap apabila ada orang tua yang anaknya menjadi korban bullying melaporkan si pelaku bully ke polisi, anda tidak membela si pelaku. Karena bisa jadi anda mengidap good guy syndrome. Daripada syndrome lebih baik jadi good guy betulan kan?

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun