Isu naiknya harga BBM subsidi yang sekarang bukan isu lagi benar-benar meresahkan masyarakat. Terutama masyarakat yang suka menimbun BBM subsidi, untuk dijual lagi dengan harga yang lebih mahal. Para penimbun tersebut resah, karena biasanya, saat BBM dijadwalkan akan naik, kepolisian sudah beraksi merajia tiap-tiap rumah yang dicurigai menyetok BBM subsidi tersebut. Kalau sampai ketangkap, bisa-bisa mendadak miskin mereka. Inilah yang menjadi keresahan para penimbun BBM. Lalu apa hubungannya dengan judul di atas??
Tentu saja berhubungan. Seperti yang kita ketahui (kalau bukan kita, ya saya). Naiknya BBM selalu bahkan always menjadi patokan naiknya harga-harga 'makhluk' lainnya. Makhluk yang saya maksud tersebut bisa jadi apa saja, terkecuali harga diri. Karna kebanyakkan, saat harga segala sesuatu melambung tinggi, harga diri kebanyakkan orang justru malah turun (kecuali saya). Bayangkan saja, saat harga diri turun, seseorang yang awalnya alim bisa berubah 'cerdas' menjadi seorang pencuri.
Seseorang yang berkarisma bisa berubah jadi koruptor. Seseorang yang seharusnya adalah pendakwah bisa berubah menjadi 'sapi', Loh??
Maaf, yang ketiga itu cuma kepeleset. Hehe.
Kembali ke BBM.
Hal ini tentunya juga berpengaruh pada naiknya harga-harga barang dipasaran.
Segala sesuatu dari yang namanya sembako (sembilan bahan pokok), hingga sembangun (sembilan bahan bangunan) sampai ke daging sapi akhirnya ikut terbang ke angkasa mahal.
Nah, fokus pada masalah daging sapi ini, yang begitu membingungkan.
Saat BBM ketok palu tentang harganya kelak, berapakah harga daging sapi akan naik nantinya?
Jika sekarang harga daging sapi saja sudah berkisar antara Rp.90ribu, sampai dengan Rp.100ribuan, maka bisa jadi nantinya harga daging sapi turun menjadi Rp.45ribu. Mungkinkah??
Mungkin saja, asal Kementan-nya sudah beres.
Harga daging sapi Indonesia merupakan harga termahal di dunia, sungguh sudah membuktikan bahwa Indonesia adalah negara kaya. Kaya akan kecuekan.
Jargon yang bermunculan dikalangan rakyat miskin yang berkata: "Daging hanya untuk orang kaya", sungguh membuat prihatin (perih di dalam batin).
Bagaimana tidak, Indonesia yang menjunjung tinggi Hak Azazi Manusia ini, seharusnya bisa memikirkan juga bahwa masyarakat menengah kebawah sangat membutuhkan makanan yang layak. Daging sapi yang seharusnya bisa dinikmati rakyat dengan senyum sumingrah, sekarang hanya bisa dilihat dan dikhayalkan saja, sambil berdoa agar Hari Raya Qurban segera tiba.
Ah, siapakah penjahatnya yang mengambil senyum sumingrah rakyat kecil tersebut??
Penimbun BBM hampir sama dengan Penimbun daging sapi. Mereka sama-sama bisa memainkan harga. Parahnya lagi, importir-importir daging ini didukung dengan proyek kuota sang kementan.
Bisa dibayangkan, para pemilik kuota bahkan akan sangat mudah mencari celah yang tepat kapan harus menjual dagingnya, bahkan dengan seenaknya mereka mengendalikan harga dan menentukan harga tinggi. Kementan seolah memberikan kuasa setingkat dewa pada mereka.
Sekarang, bila dikembalikan pada judul diatas.
Harga daging sapi mahal, siapakah penjahatnya??
Apakah kritikus setingkat Pakde Kartono dan kawan-kawan yang di cap 'Hater'?
Apakah pemerintahan SBY yang menaikkan BBM?
Ataukah AF-LHI sang tersangka TPPU Daging??
Mungkinkah importir sekelas Indoguna yang tidak berguna??