Generasi millenial sangat erat kaitannya dengan Revolusi Industri 4.0 atau Revolusi Industri Generasi ke empat. Dimana revolusi ini menitikberatkan pola digitalisasi dan otomasi disemua aspek kehidupan manusia. Banyak pihak yang belum menyadari akan adanya perubahan tersebut terutama di kalangan pendidik, padahal semua itu adalah tantangan generasi muda atau generasi millenial saat ini.Â
Sebagai seorang pendidik kita harus memiliki tanggung jawab untuk membawa mereka bertahan dengan kehidupan yang akan datang dan mempersiapkan peserta didik kita dengan skill masa depan (future skill), dimana Revolusi Industri 4.0 muncul dengan menekankan pembaharuan serba teknologi di antaranya lewat pola digital economy (digitalisasi ekonomi), artificial intelligence (kecerdasan buatan), big data (data dalam skala besar), robotic (pemakaian robot sebagai tenaga kerja)Â .Â
Apakah anak-anak kita sudah siap untuk menghadapi hal tersebut? Suatu ketika penulis menanyakan kepada peserta didik tentang cita-cita, jawaban yang di dapat sungguh di luar perkiraan, mereka menjawab ingin menjadi youtuber profesional, menjadi seorang gamer profesional, menjadi dropshiper online shop yang sukses dan profesi-profesi lain yang berkaitan dengan kemajuan teknologi saat ini, dimana profesi-profesi tersebut belum ada sewaktu penulis seusia mereka. Bahkan sebagian besar dari kita menilai ketika mendengar kata game kita langsung berasumsi negatif, dimana kegiatan tersebut adalah sebuah kegiatan yang tidak berguna dan cenderung membuat seseorang menjadi malas.Â
Melihat kenyataan yang ada saat ini menjadi seorang gamer ataupun menjadi seorang youtuber akan menjadikan mereka menjadi seorang yang sukses seperti idola-idole mereka saat ini, seperti sosok seorang Reza Arab ( Reza Oktovian) yang dapat menghasilkan pendapatan sekitar 5,6 milliar/ tahun dari youtube dan game, hal inilah yang menjadikan idola baru bagi anak muda millenial, ataupun menjadi seorang seperti Atta Halilintar yang sukses dengan chanel youtube-nya yang menjadi nomor satu terbanyak subscriber-nya di Asia Tenggara dengan pendapatan yang sangat fantastis, profesi-profesi seperti inilah yang menjadi impian anak-anak jaman 'now', sama seperti jaman dahulu kita bercita-cita menjadi seorang dokter, menjadi seorang pilot dan lain sebagainya.
 Sebagian dari kita terutama para pendidik masih sangat asing dengan istilah-istilah tersebut, padahal dalam kehidupan sehari-hari mereka istilah-istilah tersebut sudah sangat lekat di kehidupan mereka saat ini. Berdasarkan penelitian 65% siswa Sekolah Dasar saat ini nantinya akan bekerja dengan jenis pekerjaan yang belum ada saat ini.
Dampak dari Revolusi Industri 4.0 diprediksi akan menghilangkan beberapa jenis pekerjaan karena digantikan sistem komputerisasi atau digital. Berdasarkan studi yang dilakukan oleh McKinsey Global Institute pada 46 negara di seluruh dunia, ditemukan bahwa lebih dari 800 juta pekerjaan akan tergantikan oleh adanya automasi. Hal ini menjadi tantangan dari para generasi muda dan lembaga pendidikan ke depannya. Karena itulah dari sistem pendidikan juga harus mampu menyesuaikan dengan kondisi ini.Â
Dalam rangka menghadapi revolusi industri 4.0, pendidik saat ini dituntut untuk mampu melahirkan peserta didik yang terus menjadi 'manusia pembelajar' atau long life learner. Tentunya pola pendidikan Jadoel , kini menjadi kurang relevan untuk diterapkan pada generasi zaman 'now' yang terkena dampak langsung oleh Revolusi Industri 4.0, oleh karena itu seorang pendidik harus menjadi 'manusia pembelajar' harus menerima, beradaptasi, dan mengikuti perubahan zaman.
Peran pendidik kini dituntut tidak hanya bertugas mentransfer ilmu di depan kelas atau sekedar berorasi di depan kelas tanpa memperhatikan kebutuhan peserta didik dan sekolah sebagai sebuah lembaga pendidikan harus menyiapkan kompetensi  yang sekiranya diperlukan dalam menghadapi Industri 4.0. Kompetensi yang dibutuhkan mempersiapkan era Industri 4.0 diantaranya adala kemampuan memecahkan masalah (problem solving), beradaptasi (adaptability), kolaborasi (collaboration), kepemimpinan (leadership), dan kreatifitas serta inovasi (creativity and innovation). Pendidikan nantinya akan kembali pada hal-hal kemanusiaan mendasar seperti melatih soal rasa, berpikir kreatifitas, sikap kritis, kolaborasi, mengetahui benar salah dan tidak kalah penting adalah karakter.
Dengan menjadi "manusia pembelajar" kita bisa membawa peserta didik dalam persaingan Industri 4.0 yang sangat ketat, dan yang perlu di ingat di era ini adalah bukan seberapa luas wilayah sebuah negara tetapi seberapa kreatif dan inovatifnya kita agar mampu bertahan dari gempuran-gempuran zaman.Â
Sebagai individu yang berkecimpung dalam dunia pendidikan kita tidak boleh menutup mata dengan berbagai kemungkinan-kemungkinan yang akan terjadi di masa depan oleh karena itu dalam rangka menyiapkan generasi millenial yang berdaya saing.Â
Sekolah sebagai lembaga pendidikan formal juga harus menerapkan program-program yang sekiranya dapat menunjang keterampilan abad 21 dan era Industri 4.0. Seperti halnya memberikan kesempatan kepada seluruh peserta didik untuk belajar, berlatih, berkreasi, berinovasi, berimajinasi, untuk membuat karya, metode, ataupun produk-produk unggulan yang disesuaikan dengan perkembangan jaman dan kearifan lokal setempat.