1/
Di tengah malam pintumu kuketuk:
"Biar kugantungkan bulan di langit-langit bilikmu!"
Di telingaku jawabanmu mengutuk:
"Aku mencintai kelam yang terbaring di lantai bilikku!"
2/
Lalu mengapa kini kau di sini?
Unggun api ini untukku sendiri.
Ditingkahi tarian lidah api,
kuterangi bait-bait puisi.
Tapi untukku sendiri;
denganmu aku tak berbagi
3/
Baiklah kalau kuizinkan sebentar kau berdiam.
Sedikit hangat dan cahaya dari perapian
mungkin bisa menerangi matamu yang hitam.
Sebentar saja. Hanya sampai unggun ini padam.
Hanya sampai puisi ini kutuntaskan.
4/
Bila nanti telah usai ini puisi,
biarkan saja api unggunnya padam.
Karena tak lagi kita butuh hangatnya
untuk mengeja bait-bait puisi.
Kita lalu hanya akan beranjak pergi
menyusuri keterasingan malam kita masing-masing.
Kau cumbui malammu sendiri.
Sedang malamku digigiti hening.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H