Mohon tunggu...
Mohamad Nur Alief
Mohamad Nur Alief Mohon Tunggu... Pelajar -

Penikmat olahraga, mulai dari sepak bola, futsal, softball/baseball dan basket. Aktif sebagai pemain futsal dan softball/baseball.

Selanjutnya

Tutup

Politik

Politik, DPR, dan Remaja

2 Juli 2017   23:23 Diperbarui: 2 Juli 2017   23:54 304
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sudah memasuki tahun 2017, namun entah hanya perasaan ini saja atau memang benar menjadi hal yang dirasakan sebagian besar masyarakat Indonesia. Apakah itu? Yaitu dinamika politik yang semakin membuat jenuh, jengkel, dan rasanya membuat harapan akan majunya bangsa ini terasa hal yang tidak mungkin. Kenapa muncul perasaan seperti itu? Secara pribadi, perasaan ini hadir karena kepentingan politik yang telah melupakan kepentingan rakyat. Kepentingan politik di sini adalah kepentingan partai politik yang ada saat ini. 

Dalam hal ini, rasanya bagian politik yang paling membuat perasaan ini kesal ada di Senayan. Para anggota dewan yang terhormat yang mewakili suara rakyat. Namun itu hanyalah teori belaka. Kenapa saya berani berkata demikian? Karena DPR merupakan salah satu lembaga yang terkorup di Indonesia. Meskipun banyak orang yang mengatakan bahwa yang terlibat dalam kasus korupsi merupakan "oknum" belaka. Namun rasanya sudah terlalu sering kata "oknum" itu digunakan karena terlalu banyak kasus korupsi yang melibatkan anggota dewan yang terhormat. Mau sampai kapan istilah "oknum" ini terus digunakan? Apakah kita setiap 5 tahun sekali memilih anggota DPR untuk menyampaikan aspirasi atau memilih "oknum"?

Rasa pesimis dan apatis yang hadir dalam benak saya selaku remaja sebenarnya hadir bukan tanpa sebab, namun hadir karena sudah bertahun-tahun kasus-kasus yang menyangkut anggota DPR tak kunjung usai. Selaku remaja, saya rasanya sudah bosan mendengar ocehan-ocehan para anggota dewan. Drama yang ada di Senayan hanya membuat rasa pesimis akan bangsa ini hadir dalam benak saya. Rasanya diri ini sudah tidak punya harapan di Pemilu Legislatif tahun 2019. 

Rasanya saya tidak pernah mendengar prestasi yang membanggakan dari Senayan. Yang kita dengar hanyalah ocehan anggota dewan yang terhormat tanpa kerja yang jelas. Dan lebih parahnya masyarakat sekarang lebih sibuk mengurusi hal-hal SARA yang rasanya tidak penting lagi untuk diperdebatkan. Kita harusnya lebih kritis terhadap wakil-wakil kita yang ada di Senayan agar benar-benar mampu menjadi wakil rakyat yang sebenarnya. Bukan partai politik semata.

Dan akhir-akhir ini anggota dewan yang terhormat kembali membuat ulah, yaitu hak angket KPK. Hak angket ini hadir saat KPK sedang membuka kasus e-KTP yang memang banyak anggota dewan yang terlibat di dalamnya. Meskipun mereka ingin memperkuat posisi KPK, namun nyatanya mereka mengganggu kerja KPK. Rasanya ini hanyalah jurus lama DPR yang ingin berlindung dari kasus korupsi. Dan kasus inilah yang membuat saya semakin tidak percaya terhadap DPR. Ketika negara harus rugi triliyunan rupiah dari kasus e-KTP, mereka malah mengganggu kerja KPK. Hak angket ini pun merupakan kepentingan kelompok yang mengatasnamakan seluruh anggota dewan. Hak angket ini disahkan secara sepihak oleh kelompok tertentu dan diketuk palu oleh seseorang pimpinan yang selama ini kerjanya memprotes KPK. Jadi jelaslah hak angket ini bukan aspirasi seluruh rakyat Indonesia. 

Anggota dewan ini menggunakan uang rakyat namun melakukan pekerjaan yang tidak mewakili rakyat. Menghabiskan energi untuk mengganggu kerja KPK. Dan menghambat proses penyelidikan dengan cara hak angket KPK ini. Mereka berlindung di balik nama "Anggota dewan yang TERHORMAT" namun kenyataannya hanya bisa membuat rakyat mengerutkan dahi dalam kekesalan. Banyak remaja-remaja yang sebentar lagi dapat menggunakan hak pilihnya pada tahun 2019. 

Namun dengan kerja anggota DPR yang seperti ini, rasanya diri ini enggan memilih anggota DPR dalam pemilu yang akan datang bila sosok yang mencalonkan diri sebagai anggota DPR hanya itu-itu saja. Terkadang terlintas di dalam benak ini bahwa lebih baik tidak perlu anggota DPR dalam sistem pemerintahan kita, agar uang yang dialokasikan untuk DPR bisa dipakai untuk kepentingan rakyat. Namun mau tidak mau harus ada anggota DPR dalam sistem pemerintahan. Meski kerja mereka selama ini bagaikan kapas dalam air.

Tetapi, sebenarnya anggota DPR telah mewakili rakyatnya, seperti:

Ketika rakyat ingin kemewahan, mereka wakili. Ketika rakyat ingin jalan-jalan ke luar negeri, mereka wakili. Ketika rakyat ingin dihormati, mereka wakili. Bahkan ketika rakyat ingin tidur nyenyak pun mereka wakili. Sungguh mulia kerja mereka anggota dewan yang terhormat yang sangat amat dicintai rakyatnya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun