Mohon tunggu...
Lestari
Lestari Mohon Tunggu... -

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Harapan yang Tersisa

16 September 2018   09:24 Diperbarui: 16 September 2018   10:04 225
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Seperti angin yang berhembus

Terasa namun tak terlihat

Seperti itulah ku mendambakan

Keajaiban kan datang dalam hidupku


Aku berada dalam keadaan dimana aku sudah pasrah atau mungkin menyerah. Dalam hidupku yang tak ada perubahan ini. Bukan tanpa alasan aku menyerah, aku sudah berusaha mencoba bangkit namun selalu gagal. Mungkin inilah takdir Tuhan yang harus ku terima. Bahwa aku telah gagal mengapai impianku.

Namaku rina, aku adalah anak bontot dari 3 bersaudara. Menjadi anak bontot membuatku manja terlebih pada ayahku yang kini telah menjadi almarhum. Kau tau rasanya ditinggal orang tua? Kau tak akan pernah tahu sebelum kau merasakannya. Dan kini aku sudah merasakannya. Rasanya setengah dari hidupku hilang. Mungkin karena aku terlalu bergantung pada ayahku.

Kehidupanku yang kacau berawal dari meninggalnya ayahku. Aku yang saat itu duduk di bangku kuliah. Merasa bingung harus apa dan harus bagaimana. Karena aku saat itu aku menganggur. Aku bingung untuk mendapatkan uang dari mana sedangkan aku tak bekerja. 

Sebenarnya aku sudah bekerja di salah satu mitra pos namun pada saat ayahku meninggal, aku meminta cuti satu minggu pada atasan ku. Namun pada saat aku kembali, sudah ada yang menggantikan posisiku. Dengan berat hati aku melepas pekerjaanku dan inilah awal hidupku yang kacau.


Bersambung....

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun