Ku nyalakan sebatang rokok di beranda rumah saat malam menusuk di puncak kedinginan yang menyelimuti kepedihan di hati, ku hisap berlahan dan ku hembuskan asapnya keluar dari sela-sela mulut dan hidungku.
Ku pandangi langit yang gelap tak berbintang yang tertutup awan dan tak jarang terdengar suara geluduk (halilintar) namun tak turun hujan.
Dalam kedinginan khayalku terbang entah kemana, terasa ada yang menggoncang dadaku seakan sesak saat teringatnya dirinya, semakin rasa itu ingin ku hilangkan semakin rasa itu menggoncang dadaku, akhirnya ku akhiri semua dengan alkohol yang ku beli di toko dekat rumah.
Pagi yang cerah ku awali semua dengan doa, ku langkahkan kaki ku untuk beraktivitas, bergegas ke tempat kerjaan dengan semangat yang ku miliki, kerjaan sangat rumit karna di kerjakan sendiri namun ku tak melemahkan semangatku, kerjaan itu lama kelamaan membuat ku bosan dan akhirnya ku teringat akan dirinya dan melemahkan semangatku, ku rebahkan diri ini di kursi dan menyalakan sebatang rokok, terasa lelah terlebih teringat akan hadirnya di pikiranku.
Setiap hari dalam aktivitasku selalu hadir bayangannya dan membuatku tak berdaya, terkadang ingin menghentikan aktivitas yang ku kerjakana saat itu, ingin ku tinggalkan semua yang ku kerjakan dan menyendiri bersama alam, menikmati indahnya pantai dengan berbotol-botol alkohol di hadapanku, namun ku tahu dari semua itu bukan lah jalan yang terbaik, alkohol memang teman dalam hidupku saat pertama ku kecewa akan cinta, namun ku pernah bangkit dan menghentikan semua ketika ku temui dirinya yang ku yakini bisa membuat perubahan dalam hidup ini.
Walaupun hubungan ini baru terjalin tapi aku sangat mencintai dan menyanyanginya, harapanku pun ingin selalu bersamanya, dan janji pun terucap ingin hidup bersama.
Namun aku mulai merasakan satu keganjalan dalam hubungan ini, yang biasanya komunikasi terjalin baek malah terputus dan tak jarang dia marah-marah yang tak ku ketahui sebabnya, namun aku coba tuk mengerti dirinya yang masih muda yang emosinya belom labil, namun semakin hari, semakin ku temui keganjalan dalam hubungan ini.
Ketika semua pekerjaanku berantakan dan memutuskan tuk tidak bekerja ku cari tahu dari semua teman-temannya, tak pernah ku menduga ternyata dia menjalin hubungan dengan yang lain, aku pun tak pernah percaya dengan semua itu, ku coba bertanya dan jawabannya adalah benar walaupun dia mengaku dia tak pernh suka walaupun orang itu suka denganya, ku minta saat itu tuk menjauhi orang itu, dia pun menyanggupinya, komunikasi pun berjalan seperti biasa, namun berselang 1 hari keganjalan itu pun terasa lagi, perasaan entah dari mana datangnya menjadi tak menentu, ku tanya lagi dengan semua yang ada di dekatnya, yang ku terima sungguh menyakitkan, ternyata dia menjalin hubungan lagi sampai datang kerumah dan diperkenalkan dengan orang tuanya, membaca sms itu terasa bumi bergoncang dan ingin menguburku hidup-hidup.
Akupun hanya diam karna janji kepada temannya untuk tidak membahas ini ke dirinya, aku pun pura-pura tidak mengetahui semua itu, komunikasi ku lakukan seperti biasa kadang juga tidak memberi kabar padanya, semakin ku diam semakin tak ada komunikasi darinya, ku coba telpon dan menanyakan semua itu, tapi apa yang aku dapati hanya kemarahannya, akhirnya ku tutup telpon itu, sms pun datang darinya dengan kata maaf, ku balas, aku meminta keputusan darinya, bila ingin bersamaku tentukan pilihan mu, ku tunggu semua keputusan darimu, dia menjawab ia, berhari-hari ku tunggu jawaban dan keputusan darinya, namun tak kunjung juga.
Malam itu akupun sibuk dengan kerjaanku sampai jam 10 malam kerjaan belom selesai, terdengar bunyi dering sms masuk, awalnya aku pun tak ingin membuka isi sms itu karna ku fokuskan dengan kerjaan, namun lelah itu membuatku tuk membuka isi sms itu, ku buka itu darinya dengan kata singkat “aa” ( itu panggilan untukku ) membaca sms itu akupun langsung menelponnya dengan harapan dia kangen dan memberikan jawaban yang aku tunggu beberapa hari ini, tapi semua tak pernah ku duga, kembali yang ku terima hanya kemarahan yang tak pernah ku tahu apa salah ku, telpon pun ku tutupi, tak lama ku sms dengan kata-kata yang menunggu jawabannya namun yang ku dapati aku di suruh diam.
Semenjak kejadian itu aku tk memiliki semangat tuk melewati hidup ini, ku rasakan sujud ku pun tak bisa menengkan ku, mulai ku akhiri semua dengan alkohol yang biasa menenangkan hidupku, ku teguk dan tak tahu entah berapa yang telah ku habisi, tak sadarku bangun dari tidurku aku berada di lantai beranda rumah.
Hari-hari berlalu, penghasilan tak lagi ku dapati lagi untuk membeli alkohol, malam itu aku menyendiri di kegelapan tempat biasa ku buang semua keluh ku, berbatang rokok telah ku habisi, deirng sms pun terdengar, ku buka, itu dari teman yang lama tak bertemu yang menanyakan sekarang dimana, ku balas dengan singkat dan tak lama dia datang menjabat tanganku, dan menanyakan kenapa berada disini, banyak yang kmi bicarakan sampai tak tahu lagi dengan waktu, aku bersyukur masih ada teman yang perduli yang ingin mendengar semua keluh ku.
Pagi itu akupun mulai beraktivitas seperti biasa, bertemu dengan orang-orang yang ada di sekitarku, tanpa ku sadari mereka kehilangan diriku yang minggu-minggu ini tidak tahu keberadaan ku, aku mulai tersenyum dengan lelucon-lelucon mereka.
Selesai beraktivitas ku buka jejaringan sosial (facebook) ku temui beberapa yang dekat dengan ku dan mereka merindukan ku, ku ambil telpon dan ku kirim sms mengajak mereka nongkrong sambil minikmati cemilan-cemilan kecil, tanpa ku sadari selama ini mereka selalu ada dan memperhatikan ku, akupun mulai melupakan semua tentang dirinya yang menyakiti ku, dari itu aku mulai untuk membuka diri, berkumpul dengan teman-teman, awalnya terasa janggung namun mereka berusaha tuk mencairkan suasana itu.
Hati terasa merindukan dirinya namun ku coba untuk tidak mempedulikan itu, aku pun dengan niat yang ada dalam hatiku ingin melupakan dia, karna ku masih punya mimpi yang harus ku jadikan kenyataan .
Akhirnya aku sadar cinta yang selama ini aku bina itu hanya kebohongan darinya, akupun sadar dirinya bukanlah segalanya dalam hidup ini, tanpa dirinya aku bisa tersenyum, melupakannya membuka kebahagianku, aku bisa bahagia dengan ap yang ada di dekat ku, masih banyak yang peduli akan diriku, masih banyak yang ingin bersamaku, dirinya hanya penghambat kebahagianku, dan ku rasa tak perlu lagi ku bersamanya, aku senang hatiku telah terbuka dengan seiringnya waktu, dan kesedihan itu pun tak pernh ku rasakan lagi.
Kini aku di beri tanggung jawab yang belum siap untuk ku jalani yang disuruh untuk mengelola usaha keluarga, tapi dengan seiringnya waktu ku yakin bisa, dan ibu pun selalu mensuport untuk menjalankan usaha ini, lama kelamaan aku terbisa dengan keadaan ini, namun ku rasa sangat letih dengan rutinitas ini, tapi aku mendapat suatu hal yang tak pernh ku pikirkan sebelumnya yaitu pengalaman, cara berbisnis, cara menghadapi pembeli, cara bersosialisai dengan baik dan cara bersabar menghadapi pembeli yang rewel, akhirnya ku temui kebahagian itu dari kesibukan ku.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H