desa. Di Sukoharjo, terdapat salah satu desa yang menjadi pusat industri Kerajinan Rotan dan berpotensi untuk diberdayakan menjadi sektor wisata edukasi. Tepatnya di Desa Trangsan, Kecamatan Gatak. Disanalah penghasil kerajinan rotan terbesar di Jawa Tengah dan kedua di Indonesia. Hampir 90% warga desa Trangsan berprofesi sebagai Pengrajin Rotan.
Industri kerajinan tangan (handicraft) memiliki peran besar dalam mengembangkan perekonomianSejak tahun 1927 desa Trangsan sudah dikenal menjadi produsen kerajinan rotan. Sejarah cikal bakal kerajinan ini tak bisa lepas dari Keraton Kasunanan Surakarta. Awalnya, Raja Sri Susuhunan Pakubuwana X memerintahkan Ki Demang Wongsolaksono untuk mengajarkan kepiawaiannya dalam menganyam, ke desa Trangsan. Yang kemudian mempelopori sentra industri pengolahan rotan dan diangkat menjadi kepala desa (lurah) pertama di desa tersebut. Keterampilan yang masyarakat dapat dari Ki Demang kemudian diwariskan dan diajarkan secara turun-temurun ke anak cucunya hingga bertahan sampai saat ini.
Hampir setiap rumah di desa Trangsan memiliki keterampilan dalam mengolah rotan menjadi mebel dan kerajinan tangan yang bernilai jual. Mulai tahun 1990 hingga awal tahun 2000 menjadi puncak kejayaan produksi mebel dan rotan, karena telah berhasil menjadi pemasok rotan terbesar ke mancanegara. Meski sempat mengalami krisis bahan baku pada tahun 2010, industri rotan bangkit kembali dibawah pembinaan pemerintah daerah dan lembaga di sektor ekonomi dan keuangan, seperti Bank Indonesia.
Pada tahun 2016 desa Trangsan diresmikan menjadi Desa Wisata melalui Surat Keputusan (SK) Bupati Sukoharjo. Dengan keunggulan pariwisata berbasis edukasi, sehingga pengunjung dapat mempelajari pembuatan kerajinan rotan, seperti menganyam, crafting, dan membuat handicraft.
Dalam wawancara bersama Bapak Agung Subagyo, salah satu kepala pengrajin rotan di desa Trangsan. Beliau memaparkan, kegiatan eduwisata di desa Trangsan dikelola oleh Bumdes (Badan Usaha Milik Desa) yang dalam praktiknya juga melibatkan masyarakat setempat sebagai pengajar sekaligus untuk sarana memperkenalkan UKM lokal.
Upaya untuk mempopulerkan kerajinan rotan tak berhenti sampai disana, masyarakat setempat juga menggelar event tahunan seperti Bazar Kerajinan dan Grebeg Penjalin yang dibuka untuk umum. Grebeg Penjalin dapat menjadi ruang untuk melestarikan kebudayaan jawa, melalui kirab budaya dengan menggunakan gunungan dari kerajinan rotan, pagelaran wayang kulit, pertunjukan kesenian, hingga pameran hasil karya produk rotan yang dipajang di showroom. Dengan harapan, dapat mengembangkan kreativitas para pengrajin dan menjadi sarana promosi dalam memperluas pasar domestik yang masih sangat minim.
Produk kerajinan rotan dari Desa Trangsan dikenal memiliki kualitas unggul karena ketatnya proses pengecekan quality control, sehingga dapat memenuhi standar ekspor. Produk dengan kearifan lokal ini telah berhasil menembus pasar internasional dan menjadi komoditas ekspor ke berbagai negara, terlebih ke negara Eropa, Australia, dan Amerika. Selain itu, keberadaan sentra kerajinan rotan, dapat memberikan dampak positif bagi perekonomian lokal dengan membuka lapangan pekerjaan bagi masyarakat di daerah sekitar Sukoharjo, seperti Klaten dan Boyolali.
Namun, disisi lain, pasar lokal untuk kerajinan rotan ini terbilang sepi peminat, sehingga hanya beberapa produk saja yang tersedia di pasar domestik. Dalam wawancara pribadi bersama Bapak Sukiyat, salah satu pengrajin rotan di desa Trangsan. Beliau menyampaikan harapannya agar sentra kerajinan ini dapat terus eksis dan dikenal masyarakat luas. Menurutnya, mencintai produk lokal harus dimulai dari lingkup terkecil, yaitu diri sendiri. Hal tersebut dapat diwujudkan, sesimpel dengan memakai produk kerajinan rotan dalam kehidupan sehari-hari.
Sebagian generasi muda di desa Trangsan juga turut berperan dalam memajukan pemasaran kerajinan rotan dengan mengenalkan platform e-commerce seperti Tokopedia dan Shopee kepada para pengrajin. Sehingga produk-produk tersebut dapat dipasarkan lebih luas lagi dan berpotensi besar untuk mendongkrak ekonomi desa. Namun sayangnya, promosi yang dibuat di media sosial terbilang masih sangat minim. Padahal jika dimanfaatkan secara maksimal, dapat membuka peluang untuk memajukan sektor wisata edukasi di desa Trangsan.
Trangsan, sebagai pusat kerajinan rotan terbesar di Jawa Tengah, memiliki sejarah yang panjang dan berpotensi besar dalam memajukan sektor ekonomi dan wisata edukasi yang bernilai budaya. Produk kerajinan yang dihasilkan sudah teruji dan berstandar, namun masih memerlukan upaya promosi yang lebih gencar, terutama melalui media sosial. Untuk mendorong hal ini, dibutuhkan dukungan dan peran pemerintah untuk menunjang fasilitas desa, juga peran aktif generasi muda yang peduli terhadap perkembangan desanya.Â
Ditulis Oleh:Â