Novel Koala Kumal adalah novel komedi karya Raditya Dika yang juga menceritakan sebagian dari kisah hidup Raditya Dika. Tulisan Raditya bisa digolongkan sebagai genre baru. Â Novel yang bergenre komedi ini juga merupakan salah satu novel karya Raditya Dika yang langsung meledak popularitasnya. Novel ini bercerita tentang pengalaman patah hati dari seorang Raditya Dika dan bagaimana cara mengobatinya. Hal ini sangat terlihat dari beberapa bab yang menceritakan tentang pengalaman patah hati yang dikemas secara rapi oleh sang penulis.
Secara umumnya isi dari pada novel koala kumal banyak berceritakan tentang patah hati dan bagaimana cara mengobatinya. Hal ini tergambar jelas dari Bab demi bab yang di ceritakan dengan  begitu detail oleh Dika. Mayoritas isi dari novel ini menceritakan perjalanan cintanya yang selalu berakhir dengan kegagalan yang bisa di bilang cukup tragis. Bagaimana perjalanannya yang bisa di bilang tak mudah untuk di lalui, bagaimana cara menjadi seorang yang tegar meski di kecewakan berkali kali,  tentang rasa yang pernah ada, dan sebagainya
Contohnya dapat kita lihat dari bab "AdaJangwe di Kepalaku" bicara tentang patah hati terhadap persahabatan, bab "Lebih Seram dari Jurit Malam" bicara tentang tanpa sadar membuat orang patah hati, bab "Perempuan Tanpa Nama" bicara tentang Perempuan Tanpa Nama yang hingga kini masih membuat Dika penasaran siapa mereka, Bab Patah Hati Terhebat yang mengankat  kisah patah hati terbesar trisna , dan masih banyak kisah cinta lainnya. Jadi dapat kita simpulkan Tema dari novel ini adalah Kisah Patah hati Kita dapat mengetahuinya dengan melihat beberapa kutipan novel
"Putus cinta membuat kita jadi malas ngapa-ngapain, terutama olahraga ke gym. Gue udah gak makan sehat lagi. Berat badan gue naik lima kilogram. Kata orang, ketika sedang patah hati, kita akan makan banyak biar ngerasa gak sedih-sedih amat. Gue jadi sering makan es krim sambil nangis, ingusan, meratapi apa yang salah. Gara-gara putus cinta, sekarang gue jadi cowok cengeng yang buncit." (halaman 66)
Dari kutipan diatas terlihat jelas bahwa bagi Dika mengungkapkan rasa patah hati nya  yang mengubah pola hidup secara drastis. Bagaimana patah hati yang ia rasakan membuat hidupnya menjadi tidak beraturan, menurunkan semangatnya, dan membuatnya terlihat menyedihkan.
Tak hanya pada kutipan diatas kita juga dapat melihat betapa membekasanya Perempuan Tanpa Nama yang membuat Dika penasaran hingga saat ini. " Sama seperti mereka, gue juga seperti itu. Gue sebut perempuan yang pergi berlalu tanpa sempat bertukar nama ini sebagai 'Perempuan Tanpa Nama' karena sampai sekarang gue gak tahu nama mereka. Beberapa dari mereka sangat membekas di ingatan gue." (halaman 117)
Setelah membaca keseluruhan cerita, novel ini memiliki alur yang dapat dikatakan campuran. Contohnya saja dalam kutipan berikut ini. "Berakhirnya persahabatan gue, Bahri, dan Dodo bermula pada Ramadhan tahun 1997. Waktu itu, mereka mengajak...." (Halaman 13). Ini merupakan salah satu bukti bahwa Dika menggunakan alur mundur. Dalam kutipan tersebut terlihat jelas Dika menceritakan masa lalunya bersama teman temannya. Dalam kutipan tersebut dika menceritakan kisah masalalunya bagaimana kisah persahabatannya dengan Bahri dan Dodo bisa berakhir.
Tak hanya itu dalam bercerita tentang keadaan Trisna dimasa lalunya ketika Trisna mengenang kenangan indahnya bersama Coky ketika di SMA. Yang dapat kita lihat dalam bab yang berjudul Patah Hati Terhebat.
Dika juga menggunakan alur maju yang dapat kita lihat dari kutipan berikut ini "Sama seperti gue melihat dia sekarang. Patah hati yang gue alami akibat apa yang dulu dia lakukan membuat dia berbeda di mata gue. Gue dulu jatuh cinta pada seorang perempuan ......" (Halaman 246) terlihat melalui kutipan ini bagaimana Dika menggunakan alur maju. Kata "sekarang" semakin memperkuat bukti bahwa Dika juga menggunakan alur maju.
Dengan menggunakan bukti bukti tersebut dapat kita simpulkan bahwa Dika menggunakan alr maju mundur(campuran) dalam penuisan novelnya. Terdapat beberapa part yang berisikan khilas balik dari hidup seorang Dika. Khilas balik yang di ceritakan Dika juga berjalan maju hingga akhirnya tokoh Dika sampai pada masa sekarang ketika ia menuliskan novelnya.
Tokoh dan penokohan adalah factor penting yang harus ada dalam novel. Tokoh dan penokohan memiliki peran yang penting guna membantu pembaca dalam mengimajinasikan tokoh tokoh yang diceritakan dalam novel ini. Novel ini memiliki banyak tokoh di dalamnya. Tentunya yang paling penting adalah tokoh Dika.