SEMUA berduka. Dan, Elly Saelan tentu termasuk di antara yang paling berduka.
‘'mereka selalu tertawa dan bercanda berdua di kamar,'' cerita kerabatnya tentang keseharian Jendral Jusuf dengan istrinya, Elly Saelan.
Setelah meninggalnya sang suami,wanita berdarah Bugis-Manado itu kini tinggal sebatang kara. Anak satu-satunya, Jaury Jusuf Taufik Putra, meniggal 43 tahun yang lalu.
Hampir lima dekade, perempuan berdarah Manado itu setia merawat, menemani Jusuf menjalani tugas sebagai prajurit TNI (sebagai prajurit, Jusuf tercatat dengan Nomor Register Prajurit, NRP, 18102).
Sekitar pukul 02.25 wita, Kamis (9/9) dini hari, sekitar enam jam setelah Jusuf menghembuskan nafas terakhir, ibu Elly (demikian dia kerap disapa), meminta waktu khusus untuk berdua dengan suaminya.
‘'Ibu tak mau diganggu dulu. Sekarang dia berdua di ruang utama, adiknya pun tak bisa masuk. Pokoknya berdua,'' kata seorang kerabat dekat Jusuf ketika tribunmeminta waktu untuk bisa membacakan Al-Quran di depan jenazah almarhum.
Jenazah almarhum Jusuf selama sekitar dua jam memang sepertinya hanya diperuntukkan bagi wanita yang dinikahi Jusuf sekitar paruh pertama tahun 1954 itu.
Di ruang utama itu hening. Tak ada suara. Tangis sebagaimana istri yang ditinggalkan oleh suami yang dicintainya juga tak terdengar. Hening, kudus, dan bersih. Sebersih rumah bercat putih itu.
Di halaman depan rumah, Jl Sungai Tangka, kemenakan sang jendral, Andi ‘'onny'' Tenri Gappa mengutarakan hal serupa.
‘'Tolong ibu jangan diganggu dulu. Jangan biarkan ada yang masuk kamar. Beliau ingin tenang dulu,'' katanya pada Erry, lelaki berusia 40-an yang selama dua tahun dengan telaten merawat sang jendral di Makassar.
Kepada wartawan, andi onny juga mengatakan ibu Elly sangat siap untuk ditinggal sang suami. ‘'ibu sangat siap,''katanya.